SuaraKita.org – Dengan bendera pelangi yang berkibar di bawah langit biru jernih, ribuan anggota komunitas LGBT dan pendukung mereka turun ke jalan-jalan Shibuya Ward pada hari Minggu (28/4) untuk berpawai dalam parade tahunan Tokyo Rainbow Pride Festival.
Menurut penyelenggara, 10.000 orang diperkirakan ikut ambil bagian dalam pawai tahun ini – yang diyakini sebagai yang terbesar- dengan lebih dari 180.000 orang ikut berpartisipasi dalam festival itu sendiri.
Parade menandai tahun ke-25 acara yang mempromosikan hak-hak LGBT, yang pertama kalinya diselenggarakan pada tahun 1994.
Tema untuk festival tahun ini adalah, “”Banggalah dengan siapa diri Anda”.
Namun, bagi Kazu, lelaki gay berusia 48 tahun yang menghadiri festival ini, Jepang belum berada di tempat di mana ia merasa bangga dapat mengekspresikan seksualitasnya.
“Perusahaan saya mencitrakan diri sebagai organisasi terbuka gender yang mendukung komunitas LGBT, tetapi saya masih belum bisa keluar sebagai lelaki gay di kantor karena saya telah mendengar begitu banyak rekan saya mengatakan ujaran-ujaran kebencian tentang orang gay,” kata Kazu – yang meminta identitasnya dirahasiakan.
“Ini situasi yang sama bagi perempuan yang ingin mengambil cuti hamil,” jelasnya. “Perusahaan memberikan manfaat seperti itu, tetapi jika seorang ibu menggunakannya dan kemudian kembali ke kantornya, dia tidak akan benar-benar disambut kembali oleh rekan-rekannya.”
Dia mengatakan itu masalah introspeksi dan orang-orang perlu mengubah sikap mereka tentang minoritas tersebut.
Seorang lelaki lain yang menghadiri parade dengan Kazu menggemakan sentimen ini, mengatakan bahwa dia tidak bisa coming out karena dia takut dia akan diperlakukan secara tidak adilsebagai akibat dari stereotip tentang lelaki gay.
“Menyembunyikan identitas saya lebih mudah daripada coming out. Saya tahu kolega saya akan mengolok-olok saya di belakang saya jika saya coming out. “
Rainbow Pride Festival tahun ini disponsori oleh 278 perusahaan dan organisasi, termasuk konsultan utama seperti penyedia layanan pelanggan berbasis cloud Salesforce.com, agen perekrutan Bizrearch Inc. dan pembuat konsol game Sony Interactive Entertainment LLC.
Dengan bantuan Buzzfeed Jepang, pawai ini juga menyertakan papan nama dari anggota LGBT yang tinggal di pedesaan yang tidak dapat hadir di acara tersebut tetapi ingin agar pemikiran mereka diungkapkan di festival.
Di Jepang, pernikahan sesama jenis tidak diakui secara hukum, sehingga mereka tidak memiliki hak yang sama dengan pasangan heteroseksual.
Namun, di beberapa daerah, termasuk distrik Shibuya Tokyo, tempat parade diadakan, pasangan gay dapat memperoleh sertifikat kemitraan yang mengakui hubungan sesama jenis untuk memfasilitasi hal-hal yang berkaitan dengan layanan medis dan pembelian rumah dengan cara yang sama, meskipun sertifikat tersebut tidak mengikat secara hukum.
Pada 28 Mei, Shibuya Ward telah menerbitkan sertifikat kepada 33 pasangan.
“Saya telah berpartisipasi setiap tahun selama empat tahun terakhir, dan setiap tahun saya melihat lebih banyak orang berkumpul dan berbaris,” kata seorang perempuan biseksual yang datang ke acara tersebut bersama temannya. “Saya pikir itu pertanda baik bahwa lebih banyak orang mencari kesetaraan gender dan mempromosikan keberagaman di Jepang.” (R.A.W)
Sumber: