SuaraKita.org – Sebuah permintaan diajukan pada pertemuan di Vatikan dua hari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Brunei melanggar hak asasi manusia dengan menerapkan hukum Islam yang akan menghukum pelaku zina dan homoseksualitas dengan hukuman rajam sampai mati.
Brunei telah mempertahankan haknya untuk mengimplementasikan undang-undang tersebut.
Sekitar 50 pengacara dan advokat gay, yang dipimpin oleh Baroness Helena Ann Kennedy, direktur International Bar Association’s Human Rights Institute, bertemu dengan Kardinal Pietro Parolin, sekretaris negara Vatikan dan memberinya studi tentang kriminalisasi homoseksualitas di Karibia.
Dia mengatakan bahwa Kardinal Pietro Parolin “sangat responsif” terhadap ide-ide yang diajukan oleh kelompok itu dan berterima kasih kepada Paus Fransiskus karena telah menunjukkan “belas kasih dan pengertian” kepada komunitas LGBT.
“Jelas ada masalah yang bersifat doktrinal, tetapi poin yang kami buat dan yang saya pikir dia (Kardinal Pietro Parolin) terima adalah bahwa ini benar-benar tentang ajaran Gereja tentang menghormati martabat manusia,” katanya kepada wartawan.
Gereja mengajarkan bahwa, sementara kecenderungan homoseksual tidak berdosa, tindakan homoseksual adalah sebuah dosa, tetapi gereja juga mengatakan bahwa martabat manusia homoseksual harus dihormati dan dipertahankan.
“Yang kita butuhkan adalah pernyataan yang sangat jelas dari Gereja Katolik Roma, setidaknya bahwa kriminalisasi itu salah,” kata Leonardo Javier Raznovich, peneliti utama laporan Karibia, yang mereka berikan kepada Kardinal Pietro Parolin.
Pada tahun 2008, Vatikan menyerukan dekriminalisasi homoseksualitas tetapi menentang resolusi PBB yang tidak mengikat tentang masalah ini karena percaya bahwa bagian lain dari resolusi itu menyetarakan ikatan hubungan sesama jenis dengan pernikahan heteroseksual.
Para uskup Katolik di seluruh dunia memiliki tanggapan berbeda terhadap undang-undang untuk mendekriminalkan homoseksualitas.
“Gereja perlu memiliki kebijakan yang jelas, di mana jika mereka percaya pada hak asasi manusia, jika mereka percaya pada martabat manusia, ketika mereka aktif berkhotbah, mereka perlu memastikan bahwa Gereja di seluruh dunia memiliki respons yang sama, “Kata Leonardo Javier Raznovich.
Sebuah pernyataan dari Vatikan mengatakan: “Kardinal Pietro Parolin menyampaikan salam singkat kepada mereka yang hadir, mengulangi posisi Gereja Katolik dalam membela martabat setiap orang dan terhadap setiap bentuk kekerasan.”
Francis DeBernardo, direktur eksekutif dari kelompok hak LGBT Katolik yang bermarkas di Amerika, New Ways Ministry, mengatakan pertemuan di Vatikan merupakan “langkah maju yang baik untuk meningkatkan hubungan antara orang-orang LGBT dan Gereja Katolik tetapi diperlukan pernyataan dan tindakan yang lebih mendesak”. (R.A.W)
Sumber: