Search
Close this search box.

 

SuaraKita.org – Jepang membuka rumah aman (safe house) LGBT pertamanya di Tokyo minggu ini.

Nijiiro House membantu orang-orang LGBT yang menjadi tuna wisma karena seksualitas atau identitas gender mereka. Mereka juga menawarkan dukungan untuk masalah kesehatan mental dan pekerjaan.

Rumah itu terutama membantu lelaki gay dan biseksual serta individu trans dan non-biner, kata Yuta Onaga dari Nijiiro House.

“Mereka dihadapkan pada pengangguran, masalah keuangan serius, masalah kesehatan mental, kekerasan fisik atau verbal dari pasangan intim dan keluarga, dan masalah yang berkaitan dengan HIV,” kata Yuta Onaga.

Dia mengatakan mereka bekerja sama dengan organisasi lain untuk membantu tamu rumah aman menjadi mandiri secara finansial.

Masyarakat Jepang yang sebagian besar konservatif tidak mengizinkan pernikahan sesama jenis. Tidak ada hukum anti-diskriminasi nasional untuk melindungi orang LGBT.

Mereka mengumpulkan $ 14.000 Dollar melalui urun dana untuk mendukung operasionalnya. Nijiiro House juga memiliki dana pribadi dari donor independen dan memiliki 12 staf.

Rumah aman LGBT akan menyambut tamu pertamanya bulan ini. Seorang lelaki gay yang dilecehkan di tempat kerja. Dia kehilangan pekerjaannya dan tempat tinggalnya.

“Saya memiliki celah dalam karier saya dan merasa sangat putus asa,” katanya, menurut posting Facebook rumah aman.

Yuta Onaga berharap untuk mengumpulkan lebih banyak dana dan membuka lebih banyak kamar dalam waktu dekat.

Hak LGBT di Jepang
Sebuah survei baru-baru ini menemukan 8,9 persen populasi Jepang mengidentifikasi sebagai LGBT.

Yang jelas, setengah dari LGBT yang disurvei mengatakan mereka tidak coming out di tempat kerja. Juga terungkap bahwa hanya 70 persen orang yang pernah mendengar istilah LGBT.

Semakin banyak yang telah mengutip bahwa Jepang telah memungkinkan pasangan sesama jenis untuk secara resmi mendaftar dengan pemerintah kota lokal mereka  di bawah sistem kemitraan .

Bulan lalu, sepuluh pasangan mengumumkan bahwa mereka akan  menuntut pemerintah karena sikapnya tentang kesetaraan pernikahan. (R.A.W)

Sumber:

GSN