Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Penyelenggara Women’s March Malaysia berusaha untuk melindungi hak-hak LGBI bersamaan dengan penegakan hak yang setara bagi perempuan.

Tuntutan pertama dari acara yang akan dilaksanakan pada 9 Maret adalah untuk ‘mengakhiri semua kekerasan berdasarkan gender dan orientasi seksual’, kata penyelenggara pada konferensi pers baru-baru ini.

Tema tahun ini adalah ‘stop violence, respect women’.


Tema tersebut muncul di tengah upaya penumpasan terhadap warga LGBT dan meningkatnya kekerasan terhadap perempuan trans di Malaysia yang mayoritas Muslim.

Dalam tiga bulan terakhir, setidaknya dua perempuan trans dipukuli sampai mati.

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia mengatakan bahwa Malaysia ‘tidak dapat menerima hak LGBT’.

Ratusan warga turun ke jalan-jalan ibukota Kuala Lumpur pada 2018 untuk berpawai demi hak-hak perempuan.

Menurut media setempat, ada sekelompok lelaki yang berusaha melecehkan peserta setelah pawai berakhir.

Ada 5 tuntutan dalam penyelenggaraan Women’s March

1.  Akhiri segala kekerasan berdasarkan gender dan orientasi seksual

2. Pelarangan pernikahan anak

3. Pastikan hak dan kebebasan kita untuk membuat pilihan atas tubuh dan kehidupan kita sendiri

4. Pastikan upah minimum mulai dari RM1800

5. Hancurkan patriarki dan bangun demokrasi sejati

Penumpasan anti-LGBT di Malaysia
Seorang mufti senior di Malaysia bulan lalu menjadi tokoh terakhir untuk berbicara melawan orang-orang LGBT.

Mufti wilayah Perlis,  Asri Zainul Abidin mendesak umat Islam di negara itu untuk memperlakukan perempuan trans sebagai lelaki. “Hanya ada dua jenis kelamin yang diakui,” katanya.

Dua perempuan trans tewas dalam waktu kurang dari sebulan di kota Klang.

Aktivis transgender Malaysia Nisha Ayub mengatakan serangan terhadap komunitas transgender sedang meningkat di Malaysia.

Nisha menyalahkan media arus utama, badan keagamaan tertentu, beberapa politisi, dan lembaga pemerintah.

“Mereka menggambarkan komunitas LGBTI sebagai penyimpangan,” kata aktivis itu. ‘Pernyataan-pernyataan ini mendorong kebencian dan menciptakan kekerasan yang terjadi saat ini’. (R.A.W)

Sumber:

GSN