Search
Close this search box.

“Terapi Konversi Memberi Saya Trauma yang Membekas”

SuaraKita.org – Seorang advokat hak LGBT Malaysia terkemuka membeberkan kisah yang menyayat hati tentang kerusakan yang dapat dilakukan oleh terapi konversi kepada seseorang.

Pang Khee Teik mengungkapkan pengalaman traumatis selama 12 tahun akibat terapi konversi di gereja-gereja Singapura dan Kuala Lumpur lewat tulisannya di Facebook.

“Pengalaman itu membuat saya merasa sangat kesepian dan terisolasi,” tulisnya. ‘Dan itu menghalangi saya untuk menjalani hidup saya sepenuhnya sampai saya berusia 30-an’.

Terapi konversi LGBT berusaha mengubah seksualitas seseorang atau identitas gender melalui doa, konseling, atau bahkan kekerasan. Praktik ini telah banyak dikecam oleh pemerintah Barat dan Organisasi Kesehatan Dunia .

Malaysia dan Singapura terkenal anti-LGBT. Kedua negara tetangga Indonesia ini masih mengkriminalisasi seks gay.

Malaysia, negara dengan penduduk mayoritas Muslim telah menyaksikan tindakan keras yang dilakukan secara politik terhadap warga LGBT . Penduduk konservatif dan Kristen Singapura telah bereaksi keras terhadap upaya baru untuk mencabut undang-undang anti-gay.

Pang Khee Teik mengatakan bahwa dia ingin berbagi ceritanya karena menyadari dia harus kuat dan percaya diri.

“Saya hanya merasa sudah waktunya untuk merefleksikan bagaimana menyembuhkan trauma, dan bagaimana cara menciptakan komunitas yang menyembuhkan trauma bersama-sama,” katanya.

‘Saya tidak pernah meluangkan waktu untuk mempertimbangkan sejauh mana rasa sakit dan kerusakan yang terjadi pada jiwa saya oleh pengalaman terapi konversi saya’.

Pang Khee Teik menjadi seorang Kristen pada usia 14 tahun dan menghabiskan 12 tahun untuk ‘berusaha untuk “berjalan lurus”’.

Dia menyatakan bahwa pertobatannya terdiri dari banyak pertemuan, pengakuan dosa, dan doa tanpa akhir.

Terapi yang dijalaninya sering berakhir dengan dia menangis, ‘memohon Tuhan untuk membuat saya menjadi orang baik, membuat saya hetero’.

Sementara itu, dia juga diberitahu dia menjadi gay karena dia tidak sempurna. Kapan saja dia merasakan cinta atau nafsu, oleh karena itu, dia akan dipenuhi dengan rasa malu yang mendalam.

“Saya menjadi korban usaha pengikisan dari rasa percaya diri, martabat, dan keutuhan saya. Saya yakin bahwa karena saya tidak sempurna, saya penuh nafsu, memalukan, tidak bertanggung jawab, kurang dalam pengendalian diri, ‘tulisnya.

Yang penting, Pang Khee Teik mengatakan pengalaman itu membunuh rasa percaya dirinya.

Akhirnya, Pang Khee Teik meninggalkan gereja. Dia menemukan seorang pendeta yang telah menyarankan teman-teman lelakinya untuk menjauh darinya.

Namun, dia mengungkapkan dalam tulisannya, dia menemukan beberapa harapan untuk gereja Kristen yang lebih inklusif dengan orang-orang yang ditemuinya.

“Salah seorang pemimpin gereja ini mengatakan kepada saya bahwa ketika saya mengatakan bahwa saya tidak lengkap dan harus berada di jalan yang “lurus”, itu menghancurkan hatinya, bahwa gereja telah mengurangi hak saya untuk itu,” tulisnya. Itu adalah saat paling bahagia untuk saya.

Lelaki lain berterima kasih kepadanya karena membagikan ceritanya dan mengatakan semua cerita adalah ‘teks suci’.

Pang Khee Teik berterima kasih kepada orang-orang yang mencoba untuk membuat ‘gereja kembali utuh dengan semua potongan cerita kami yang rusak’.

Sejak meninggalkan gereja, Pang Khee Teik telah bergabung dengan komunitas seni di Kuala Lumpur.

“Saya didorong untuk menemukan suara saya dan menceritakan kisah-kisah saya. Kata Pang Khee Teik.

“Saya bertemu orang-orang yang mengatur dan menciptakan ruang untuk cerita-cerita kami, teks-teks suci kami, bersama-sama” katanya.

Berikut adalah tulisan Pang Khee Teik mengenai terapi konversi yang dijalaninya:

Pang Khee Teik adalah seorang aktivis LGBT dan sekarang menjabat sebagai editor di Queer Lapis yang berbasis di Kuala Lumpur. (R.A.W)

Sumber:

GSN

FB