Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Memahami LGBT tidak tersebar luas di Jepang, meskipun kesadaran perlahan-lahan sudah terbangun.

Sebuah outlet media mensurvei sejumlah orang Jepang untuk mencari tahu apa yang mereka pikirkan dan ketahui tentang individu LGBT.

Meskipun bukan studi ilmiah yang sempurna, survei media sosial menghasilkan beberapa hasil yang menarik.

Ditanyakan kepada 800 orang tentang tema LGBT. Setengah dari mereka mengidentifikasikan diri mereka sebagai LGBT atau queer dan 320 lainnya mengidentifikasikan diri mereka sebagai heteroseksual. Hanya 80 responden yang tidak yakin akan identitas seksual mereka.

Banyak responden yang dalam survei mengidentifikasikan diri mereka sebagai LGBT mengatakan bahwa ada ‘ledakan popularitas’ tentang komunitas tersebut. Akses ke sumber daya dan informasi meningkat untuk individu-individu LGBT, tetapi kesadaran dari masyarakat umum belum begitu membaik.

“Pengakuan terhadap LGBT telah meningkat sedikit, tetapi hanya dengan mengetahui istilah itu tidak mengubah apa pun jika masyarakat tidak bergerak untuk menerimanya,” kata seseorang di wilayah Kanto Utara.

“Rasanya generasi yang lebih tua tidak menerimanya. Sementara orang LGBT tidak melakukan apapun yang dianggap membahayakan, mereka diperlakukan seolah-olah melakukan. “

Banyak peserta survei mengatakan bahwa lebih banyak orang yang sadar akan akronim LGBT tetapi pemahaman lebih lanjut atas kesadaran tersebut belum ada. 

Satu orang mengatakan bahwa mereka tidak mengenal individu LGBT lainnya, ‘kami seperti legenda urban*’.

Media memiliki peran untuk dimainkan

Para responden mengatakan ada masalah dalam menampilkan individu LGBT di media modern. Cerita LGBT digunakan sebagai lelucon di acara komedi atau sebagai ‘porn tragedy’ (istilah yang diartikan sebagai seni membawakan berita untuk mengundang simpati)  untuk berbagi kisah sedih.

“Kecuali Anda pernah bertemu langsung atau tertarik dan membaca sendiri, saya pikir satu-satunya gambaran yang Anda miliki adalah adegan komedi dalam program televisi,” kata seorang lelaki dari wilayah Iwate.

Sedangkan yang lain berkata: ‘Saya merasa ada dorongan kuat untuk membuat ‘porn tragedy’ keluar dari topik LGBT.’

“Jika berita itu akan menyampaikan kisah tragis, mereka seharusnya juga menyajikan kisah sukses .”


Takut untuk berbicara

Individu LGBT dan pendukungnya percaya bahwa para aktivis yang lantang akan dipandang sebagai aktivis yang ‘menyusahkan atau mengganggu’.

“Homoseksualitas (di Jepang) adalah contoh yang sempurna dari ketika ada banyak pengakuan dan opini yang menguntungkan, akan ada lebih banyak reaksi yang kurang baik yang juga akan terjadi,” kata seseorang dari Tokyo.

“Pertama, orang mulai memahami tentang hal itu, dan segera setelah itu hal ini menjadi bahan lelucon, yang menyebabkan pengetahuan ini menjadi sesuatu yang berbeda dan menjadikan orang-orang ini (LGBT) sasaran perundungan. Saya pikir kita akan melihat lebih banyak lagi reaksi seperti ini di masa depan. “

Yang dibutuhkan hanyalah kasih sayang

Homoseksualitas bukan sesuatu yang ilegal di Jepang, tetapi banyak individu LGBT menghadapi intimidasi dan stigmatisasi tingkat tinggi sedini waktu mereka di sekolah. Banyak kota di seluruh negeri mulai mengakui hubungan sesama jenis tetapi pernikahan sesama jenis masih belum legal.

Salah satu responden survei menyimpulkan pentingnya mempromosikan keberagaman dan merangkul komunitas LGBT.

‘Pada akhirnya, gambar hanyalah gambar. Pesan yang harus disebarkan media adalah ada berbagai macam orang dan itulah yang membuat dunia menarik dan indah, ‘ ujarnya. (R.A.W)

Sumber:

GSN


*Legenda urban (Bahasa Inggris:Urban legend) merupakan mitos atau legenda kontemporer yang seringkali dipercaya secara luas sebagai sebuah kebenaran. Kebanyakan berkaitan dengan misteri, horor, ketakutan, humor, atau bahkan kisah moral. Legenda urban tidak selalu berarti kisah bohong namun sama seperti kisah yang disebarkan dari mulut ke mulut. Legenda Urban juga sering dibesar-besarkan sehingga menjadi lebih sensasional.