SuaraKita.org – Diselenggarakan oleh organisasi All Out, penyampaian pendapat yang berlangsung di luar kedutaan Rusia di Brazil, London, Mexico City, Munich, Berlin, Roma, Stockholm dan York bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang fakta bahwa pelaku penganiaya ratusan lelaki gay di republik Chechnya masih buron.
Dalam sebuah laporan yang dibuat oleh kelompok pembela hak LGBT Rusia untuk menandai peristiwa persekusi tersebut dilaporkan bahwa selama musim panas 2017, setidaknya 200 orang gay ditahan di penjara rahasia di seluruh wilayah Chechnya.
Setidaknya 26 orang tewas dalam kurun waktu tersebut, demikian tertulis dalam laporan.
“Kami telah memastikan keselamatan para korban dan mengumpulkan serta mempublikasikan kesaksian mereka,” kata pimpinan kelompok pembela hak asasi LGBT Igor Kochetkov dalam sebuah pernyataan. “Tapi satu hal yang tidak bisa kami lakukan adalah melakukan sebuah penyelidikan dan memastikan penuntutan pidana terhadap para pelaku. Pihak berwenang Rusia, rupanya, tidak ingin melakukan ini. “
“Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya, telah membantah keberadaan LGBT di negaranya dan mengatakan bahwa orang-orang tersebut harus pindah ke Kanada “untuk memurnikan darah kami”,” kata Matt Beard direktur eksekutif dari organisasi All out
“Tapi di tangan Vladimir Putin dan pemerintah Rusialah keputusan akhir tentang apa yang terjadi di Chechnya. Rusia telah gagal melakukan penyelidikan yang berarti terhadap pelanggaran mengerikan yang telah terjadi. Tidak ada yang dibawa ke pengadilan. Ini tidak bisa diterima, ”lanjutnya.
“Kami akan memberi tahu pemerintah Rusia” bahwa kami mengawasi Anda “. Kami tidak akan beristirahat sampai kami mendapatkan keadilan untuk Maxim, untuk Zelim dan untuk lusinan orang lain yang disiksa dan dibunuh di Chechnya. ”
“Tidak ada lagi alasan bagi pihak berwenang Rusia untuk tidak melakukan penyelidikan yang efektif, menyeluruh, dan tidak memihak,” kata Kaitlin Martin, seorang rekan di Human Rights Watch.
Salah satu korban persekusi Chechnya, Maxim Lapunov, mengajukan komplain pada bulan September tahun lalu, namun belum ada tindakan yang diambil oleh pihak berwenang Rusia.
Petisi untuk menyelidiki persekusi LGBT Chechnya di situs web All Out telah menghasilkan 166.000 tanda tangan.
Penganiayaan dalam persekusi tersebut dikatakan telah “diperintahkan oleh pejabat tertinggi” di Chechnya.
Maxim Lapunov menceritakan bahwa setelah ditangkap dia mengalami pemukulan demi pemukulan.
Salah satu dari mereka berkata: “Jangan pukul dia sampai pingsan, pada titik itu dia akan berhenti merasakan sakit. Kita tidak membutuhkan itu. ”
Persekusi di Indonesia
Sementara itu, pihak otoritas Indonesia harus segera dan tanpa syarat membebaskan empat orang yang ditahan di Aceh di bawah peraturan lokal yang mengkriminalisasi perilaku sesama jenis, kata Human Rights Watch. Empat orang tersebut terancam hukuman 100 kali cambuk. Hukuman tersebut “merupakan penyiksaan di bawah hukum hak asasi manusia internasional”.
“Penggerebekan dan penahanan sewenang-wenang ini menggarisbawahi sifat kasar dan diskriminatif dari hukum di Aceh,” kata Graeme Reid, direktur program hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). “Pihak berwenang Aceh harus membebaskan keempatnya dan melindungi masyarakat dari pihak yang menyasar kelompok minoritas yang rentan.”
Parlemen Indonesia saat ini memperdebatkan revisi dalam KUHP yang dapat mengkriminalisasi semua aktivitas seksual di luar nikah, termasuk hubungan sesama jenis. Banyak yang percaya aturan baru dapat digunakan untuk menargetkan secara tidak adil komunitas LGBT dan kelompok minoritas lainnya.
Pergi demi Menyelamatkan diri
Marco, seorang warga Chechnya berusia awal 20-an, tidak akan pernah melupakan hari ketika keluarganya mengetahui bahwa dia lesbian.
“Mereka berkata kepada saya: ‘Kami akan membunuhmu, atau kami akan mengurungmu di bangsal Rumah Sakit Jiwa dan membuang kuncinya. Satu-satunya alternatif untukmu adalah menjalani Rukyah.'”
Marco sekarang tinggal sementara di salah satu kota terbesar di Rusia, menunggu untuk melengkapi dokumennya sehingga dia dapat meninggalkan Rusia untuk selamanya.
Walaupun Ramzan Kadyrov bersikeras bahwa tidak ada homoseksual di Chechnya. Namun penyelidikan oleh koran Novaya Gazeta tahun lalu menemukan bahwa anggota komunitas LGBT Chechnya secara keji telah ditangkap, dipukuli dan disiksa. Sebagian orang, kabarnya, bahkan telah terbunuh.
Sebelum dia meninggalkan Chechnya, Marco setuju dengan permintaan keluarganya bahwa dia akan menjalani prosesi rukyah. Saudara lelakinya membawa Marco ke masjid setempat, di mana seorang ulama mengatakan kepadanya bahwa dia dirasuki oleh iblis.
“Dia memegang kepala saya dan membaca ayat-ayat dari Al-Quran, dan saya tahu bagaimana saya harus menanggapi sebagai orang yang sedang dirasuki iblis,” katanya. “Saya telah melihat cukup banyak video YouTube untuk mengetahui apa yang harus dilakukan, jadi saya berontak dan berteriak-teriak sambil mengatakan bahwa ada tujuh iblis yang berbeda di dalam diri saya.”
Marco mengatakan bahwa setelah dua jam, semua orang bersukacita dan berkata bahwa dia sudah sembuh. “‘Hore!’ mereka semua berteriak. ‘Kamu bukan lagi lesbian!’ “
Mereka menemukan seorang lelaki muda untuk Marco dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan menikah, tetapi segera setelah itu, Marco akhirnya berhasil melarikan diri. (R.A.W)
Sumber: