SuaraKita.org – Kelechi Chioba (37) pertama kali datang ke Inggris pada tahun 2011 untuk berkuliah.
Namun, dia tidak lagi ingin kembali ke Nigeria karena keluarganya di kampung halaman menyebutnya sebagai “kutukan” dan akan memukulinya.
Kelechi Chioba pertama kali mencari suaka berdasarkan penganiayaan yang dia alami karena dia menggunakan kursi roda akibat penyakit polionya.
Namun, Home Office menolak permohonan tersebut, dengan alasan bahwa tidak ada yang “cukup serius” dalam keadaannya yang “mungkin bisa melebihi kebutuhan akan penegakan kontrol imigrasi”.
Kini, Kelechi Chioba berhasil mengajukan suaka untuk kedua kalinya, dengan mencantumkan bahaya yang dia hadapi sebagai wanita biseksual di negara asalnya. Sebelumnya dia hampir saja di deportasi ke kampung halamanya.
Ketika dia tinggal di Nigeria, dia tidak secara terbuka membicarakan seksualitasnya.
Kini Kelechi Chioba sekarang bekerja sebagai aktivis LGBT.
Ketika diwawancara, dia menjelaskan bahwa dia bersyukur bisa melepaskan diri dari “ketakutan akan terbunuh”.
Di rumah, orang tuanya selalu mengatakan kepadanya bahwa dia “tidak boleh dilahirkan” bahwa dia adalah “kutukan”, sebuah “penyimpangan” dan “tidak berguna”.
Mereka juga mengatakan bahwa Kelechi Chioba “tidak akan berarti apa-apa” dan bahwa dia “hanya menjadi objek seks untuk lelaki”.
“Saya akhirnya bisa menceritakan semua pelecehan yang terjadi di masa lalu saya dan tanpa rasa takut untuk mengenangnya.
“Akhirnya, saya merasa 100 persen aman untuk melanjutkan aktivisme saya sebagai orang kulit hitam yang biseksual dan menjadi inspirasi terhadap semua orang kulit hitam dalam menerima diri mereka,” katanya.
Aktivis asal Nigeria tersebut menambahkan bahwa “tidak ada layanan atau dukungan untuk orang dengan disabilitas” di negaranya dan ini adalah permainan “survival of the fittest”.
“Disabilitas dianggap tabu di Nigeria. Jadi sebagai orang dengan disabilitas di Nigeria Anda menghadapi masalah seperti: tidak dapat mengakses layanan dan kurangnya sistem pemenuhan kebutuhan yang ada untuk membantu mereka.” kata Kelechi Chioba
“Diskriminasi dan ketidaksetaraan yang mereka alami dalam setiap aspek kehidupan mereka. Kebanyakan dari mereka disiksa sampai mati oleh keluarga mereka.
“Tidak ada undang-undang yang diterapkan untuk mengamankan mereka.
“Kebanyakan dari mereka tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan karena orang-orang di sekitar dan keluarga menganggapnya sebagai pemborosan uang. Kebanyakan dari mereka dilecehkan secara seksual dan digunakan untuk ritual, “tambahnya. (R.A.W)
Sumber: