SuaraKita.org – Wanita cenderung memiliki interaksi yang lebih bersahabat dan intim dengan lelaki gay daripada lelaki heteroseksual setelah mengetahui orientasi seksual mereka, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan kurang nyaman berinteraksi dengan lelaki heteroseksual karena khawatir keramahan mereka bisa disalahartikan sebagai tanda ketertarikan seksual.
“Topik ini telah lama menjadi minat saya selama bertahun-tahun,” kata peneliti dan penulis jurnal tersebut Eric M. Russell, seorang rekan peneliti di University of Texas di Arlington, Amerika Serikat. “Saya selalu tertarik dengan ikatan unik yang dimiliki oleh perempuan heteroseksual dan lelaki gay, dan saya sangat menikmati melakukan penelitian yang membahas mengapa dan kapan (dalam konteks apa) persahabatan ini kemungkinan besar akan terbentuk dan berkembang.”
“Dalam penelitian ini, kami berhipotesis bahwa perempuan akan merasa nyaman dalam pertemuan pertama dengan lelaki gay begitu mereka mengetahui orientasi seksual lelaki tersebut. Karena lelaki heteroseksual biasanya sangat menyukai kepentingan seksual perempuan, perempuan sering kali mencoba untuk menjaga perilaku interaksi ‘ramah’ mereka saat bertemu dengan lelaki untuk pertama kalinya. “
“Hal ini terutama berlaku bagi perempuan yang secara fisik menarik yang sering mewaspadai lelaki heteroseksual yang menginginkan lebih dari sekedar hubungan platonis dengan mereka,” Eric menjelaskan. “Namun, ketika perempuan-perempuan ini mengetahui bahwa mereka berinteraksi dengan lelaki gay, kecemasan ini sangat berkurang karena para perempuan tidak lagi merasa tertekan untuk menekan perilaku interaksi mereka yang lebih terbuka dan melibatkan. Dengan lelaki gay, perempuan bisa terlibat lebih terbuka dan akrab dengan mereka karena mereka tidak perlu khawatir lelaki yang memiliki motif seksual tersembunyi. “
Sebuah survei inisial dari 153 perempuan heteroseksual dengan latar pendidikan perguruan tinggi menegaskan bahwa perempuan menganggap diri mereka lebih nyaman berinteraksi dengan lelaki gay daripada lelaki heteroseksual.
Para peneliti kemudian melakukan penelitian di mana 66 perempuan heteroseksual berinteraksi tatap muka dengan lelaki homoseksual dan heteroseksual.
Selama interaksi, yang direkam dalam video, para peserta diminta untuk menggambarkan pasangan romantis ideal mereka. Para periset menemukan bahwa setelah mengetahui orientasi seksual seorang lelaki gay, peserta perempuan bersedia berinteraksi dengan lelaki tersebut pada tingkat yang lebih akrab. Keterbukaan ini juga tercermin dalam bahasa tubuh mereka.
“Ini menunjukkan bahwa pendekatan perempuan heteroseksual untuk bersahabat dengan lelaki gay dengan cara yang sangat terbuka dan santai, yang biasanya tidak kita lihat dalam interaksi antara individu lawan jenis,” jelas Eric. “Perempuan heteroseksual dan lelaki gay mungkin melihat persahabatan mereka sebagai ruang aman dimana mereka bisa bersenang-senang, menjadi diri mereka sendiri, dan terlibat dalam percakapan akrab tanpa rasa takut akan dihakimi, harapan, atau kepentingan seksual satu sisi.”
“Hal ini juga menyiratkan bahwa pertemanan antara perempuan heteroseksual dengan teman lelaki gay dapat menghabiskan waktu bersama-sama yang mungkin akan terasa agak canggung bagi pasangan heteroseksual, seperti pergi berdansa atau menonton komedi romantis di rumah bersama-sama.”
Penelitian ini, seperti semua penelitian, memiliki beberapa keterbatasan
“Temuan ini memunculkan banyak pertanyaan baru dan menarik dalam hal penelitian masa depan,” kata Eric. “Saya akan menyebutkan tiga diantaranya.”
“Pertama, walaupun kami menemukan bahwa interaksi awal antara perempuan heteroseksual dan lelaki gay lebih intim, kami tidak mengeksplorasi apakah mereka menyebabkan interaksi selanjutnya atau persahabatan dekat di luar laboratorium kami. Dengan demikian, penelitian masa depan dapat mengeksplorasi seberapa sering (atau dalam keadaan apa) interaksi ini menghasilkan persahabatan yang lebih langgeng yang juga menunjukkan tingkat keintiman, kepercayaan, dan rasa saling menghormati yang lebih tinggi. “
“Kedua, mengingat perempuan merasa lebih nyaman dengan lelaki gay karena kurangnya niat seksual mereka, apakah rasa nyaman ini berfungsi sebagai mekanisme pengurangan prasangka untuk perempuan yang memiliki sikap kurang positif terhadap individu homoseksual?” Kata Eric. “Dan apakah perempuan yang menarik secara fisik adalah yang paling mungkin menunjukkan sikap berprasangka buruk yang lebih rendah terhadap lelaki gay, karena mereka mendapat manfaat kenyamanan yang lebih besar dalam interaksi awal mereka?”
“Ketiga, mengingat peserta survei penelitian kami dari Amerika Serikat, di mana kesetaraan pernikahan dilegalkan dan sikap terhadap homoseksualitas relatif lebih positif, akan menarik dan informatif untuk mengetahui apakah perempuan heteroseksual dan lelaki gay di negara lain juga memiliki interaksi awal yang nyaman dan intim satu sama lain. Menjawab pertanyaan semacam itu bisa menghasilkan wawasan baru tentang apakah efek dan proses psikologis serupa terlihat pada budaya lain. “
“Psikologi persahabatan gay-heteroseksual bukan hanya bidang eksplorasi baru dan menarik, bagi para periset, tetapi juga untuk organisasi dan bisnis pro-LGBT,” tambah Eric. “Contoh bagusnya adalah sebuah situs terbaru dan terkini FruitLooped.com yang menghubungkan lelaki gay dan perempuan heteroseksual untuk pertemanan, tatap muka, berbagi saran, dan menjadi relawan di acara LGBT.”
Penelitian berjudul “Women Interact More Comfortably and Intimately With Gay Men—But Not Straight Men—After Learning Their Sexual Orientation“, tersebut juga dibantu penulisannya oleh William Ickes dan Vivian P. Ta. (R.A.W)
Jurnal penelitian dapat diunduh pada tautan berikut:
[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2018/02/Women-Interact-More-Comfortably-and-Intimately-With-Gay-Men-But-Not-Straight-Men-After-Learning-Their-Sexual-Orientation.pdf”]
Sumber: