SuaraKita.org – Seorang imam di Australia sedang mengusahakan untuk membuka sebuah masjid pertama di negara tersebut untuk Muslim LGBT, dia mengklaim bahwa Muslim LGBTdi negara tersebut kekurangan dukungan dan ruang yang aman.
Nur Warsame, satu-satunya imam yang terbuka sebagai gay di Australia, mengatakan kepada media Australia bahwa dia sedang berusaha untuk menangani kelompok LGBT Muslim yang membutuhkan dukungan dan komunitas. Nur Warsame mengatakan bahwa ada lebih dari setengah lusin LGBT Muslim muda yang tinggal di rumahnya karena mereka merasa hidupnya terancam, dan pengalaman ini membuatnya percaya bahwa LGBT Muslim memerlukan tempat yang aman untuk hidup dan beribadah. Dia ingin masjid ramah LGBT-nya termasuk sebuah rumah aman dan pusat konseling.
“Salah satu hal paling penting yang dibutuhkan kaum muda kita adalah perumahan yang aman dan terjangkau. Bagi orang muda yang sedang bertransisi, mereka tidak dapat berada di lingkungan yang menyebabkan mereka trauma,” kata Nur Warsame
Masjid yang diusulkan akan berlokasi di Melbourne, Australia, dan Nur Warsame mengatakan bahwa dia akan bekerja sama dengan penegak hukum setempat untuk memastikan bahwa lokasi masjid tersebut adalah tempat yang aman.
Lokasinya sangat dekat dengan banyak layanan yang saya rekomendasikan untuk orang-orang: Prahran Market Clinic, yang merupakan pusat medis bagi LGBT, rumah sakit berada di ujung jalan, kantor polisi juga berada di ujung jalan, ” kata Nur Warsame kepada media Australia tentang lokasi gedung tersebut.
Nur Warsame yang lahir di Somalia adalah imam Australia yang pernah memimpin masjid terbesar di kota Melbourne. Dia juga dipercaya sebagai hafiz, yakni seseorang yang telah hafal Alquran. Namun kepercayaannya sebagai seorang Muslim yang taat tidak penting bagi beberapa pemuka agama Islam di Australia, yang memutuskan hubungan dengannya saat Nur Warsame terbuka tentang orientasi seksualnya di tahun 2010.
Nur Warsame sering menerima ancaman pembunuhan selama bertahun-tahun dari orang-orang yang percaya bahwa homoseksualitas tidak sesuai dengan agama. Tapi itu tidak menghentikannya untuk berbicara secara terbuka tentang bagaimana rasanya menjadi gay dan Muslim, dan tentang pengalamannya dengan homofobia dan Islamofobia.
“Ini menjijikkan, karena Anda adalah korban Islamofobia, baik dari komunitas non-Muslim mainstream maupun di komunitas LGBT, dan homofobia dari keduanya,” katanya dalam sebuah wawancara. “Jika Anda melela, Anda akan dikucilkan, kadang-kadang, di belahan dunia Anda berisiko kehilangan hidup Anda.”
Ruang ramah LGTBI bagi umat Islam jarang ditemukan, namun ada beberapa di seluruh dunia, termasuk Toronto’s Unity Mosque dan Arab Queer Collective wilayah Amerika Serikat.
Menurut data dari sensus Australia pada 2016, sekitar 2,6 persen populasi Australia atau sekitar 604.200 orang, mengidentifikasi diri sebagai Muslim. Sekitar seperlima dari mereka tinggal di Melbourne.
Muslim dari negara-negara seperti Turki dan Lebanon telah bermigrasi ke Australia sejak tahun 1960an. Pada 1990-an, pengungsi dan migran Muslim tiba dari negara-negara seperti Afghanistan, Iran, Irak, Bosnia-Herzegovina, Albania, Indonesia dan Malaysia.
(R.A.W)
Sumber: