Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Sebuah penelitian menemukan bahwa remaja yang mengidentifikasi sebagai gay, lesbian atau biseksual dilaporkan lebih cenderung melakukan rencana atau percobaan bunuh diri dibandingkan dengan rekan heteroseksual mereka

Dalam sebuah survei nasional pada tahun 2015, 40 persen remaja yang diidentifikasi sebagai salah satu dari minoritas seksual atau mengatakan bahwa mereka tidak yakin tentang orientasi seksual mereka dilaporkan pernah mempertimbangkan untuk bunuh diri. Tiga puluh lima persen dilaporkan pernah merencanakan bunuh diri, dan 25 persen dilaporkan pernah mencoba bunuh diri.

Temuan ini kemudian dibandingkan dengan masing-masing 15 persen, 12 persen dan 6 persen, untuk remaja heteroseksual. Hasil riset tersebut dipublikasikan pada 19 desember lalu di Journal of the American Medical Association (JAMA).

Risiko perilaku bunuh diri di kalangan remaja minoritas seksual “sangat tinggi,” kata Anna Mueller, seorang sosiolog di University of Chicago, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Hasilnya muncul 15 tahun setelah penelitian pertama untuk memberikan bukti nasional tentang risiko perilaku bunuh diri pada remaja minoritas seksual yang meningkat. Penelitian baru ini menggunakan Survei Perilaku Resiko Remaja Nasional 2015, yang menanyakan murid SMA negeri dan swasta di setiap negara bagian dan Washington, D.C. Lebih dari 15.500 remaja yang menanggapi.

Sekitar 89 persen peserta mengidentifikasikan bahwa mereka heteroseksual. Dua persen diidentifikasi sebagai gay atau lesbian, 6 persen sebagai biseksual, dan 3 persen melaporkan bahwa mereka tidak yakin. Survei tersebut tidak memasukkan transgender sebagai pilihan respon.

Anna Mueller mengatakan bahwa remaja dari minoritas seksual sering berbenturan dengan masalah kesehatan mental karena stigma dan pelecehan sosial. Kesulitan bisa terjadi secara mencolok – seperti saat remaja diintimidasi oleh teman sebaya atau ditolak oleh anggota keluarga – atau tidak, katanya. “Hanya karena takut bagaimana reaksi keluarga atau teman mereka terhadap orientasi seksual mereka dapat mengisolasi kaum muda dan sangat membahayakan kesehatan mental mereka.”

Seperti anak-anak, remaja minoritas seksual “perlu merasa aman, diterima dan didukung,” kata Anna Mueller. “Hanya ketika kita memberi mereka iklim yang melakukan itu, kita akan mulai melihat penurunan angka bunuh diri pada populasi rentan ini.” (R.A.W)

Jurnal penelitian dapat diunduh pada tautan berikut:

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2017/12/10.1001@jama.2017.16908.pdf”]

Sumber:

sciencenews