Search
Close this search box.

Bagaimana Ibu Saya Mengilhami Saya Untuk Menjadi Penyintas Perkosaan dan Bukan Korban

Oleh: Alexander Morgan*

SuaraKita.org – Saya tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya orang tua mendengar anaknya diperkosa.

Saya memberi tahu ibu saya melalui email. Dan setelah melihat ke belakang, waktu itu saya belum siap.

Namun, beberapa orang yang tidak begitu baik telah mengetahui masa lalu saya,mereka dapat mengeksploitasi dan mengancam untuk mengatakan kepada dunia – saya tidak dapat membiarkan ibu saya tahu dengan cara tersebut.

Rasanya saya tidak punya pilihan kecuali mengungkapkan keluarga saya tentang serangan, mati rasa, hilangnya harga diri, hubungan yang buruk, eksploitasi, dan masalah lebih lanjut yang terjadi.

Tapi, itu dia – semuanya ditulis, secara dingin, kurang ajar dan dalam percikan emosional yang hampir tak terbaca.

Kemudian, ibu saya meninggal tiba-tiba pada tahun 2016. Kami sangat terkejut.

Tapi kata-katanya tetap hidup sampai hari ini, dan apa yang beliau katakan kepada saya sebelum meninggal – membantu saya mengubah cara saya memandang sebuah kehidupan..

Saya tidak menjelaskan secara rinci.

Saya tidak memberitahunya ketika memasuki toilet atau bagaimana saya tidak melihat pelaku mengikuti saya.

Tidak ada kata-kata tentang pitingan atau rasa sakit saat kepala saya ketika membentur dinding bilik.

Menceritakannya dengan singkat adalah kunci; Mengetahui fakta adalah cerita tersendiri – itu sudah lebih dari yang bisa ditanggung orang tua.

Tapi, saya ingat bahwa saya diberitahu oleh saudara kandung saya bahwa ibu saya telah membacanya.

Jadi saya tahu betapa sulitnya baginya. Dan akhirnya dia ingin saya tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Kami tidak pernah berbicara tentang email itu lagi kecuali pada suatu hari. Beberapa bulan setelah saya mengirim email, saya berkunjung ke rumah dan waktu itu rasanya seperti email  itu tidak pernah terkirim.

Saya membuatkan ibu secangkir teh di dapur, kemudian dia datang dengan kalimat yang secara emosional membuat saya tersentak;

“Apa yang terjadi padamu itu mengerikan; sekarang pergi ke luar sana dan hentikan hal itu terjadi pada orang lain.”

Baik, bu…

Dipalingkan sebagai korban perkosaan – karena jenis kelamin saya

Ketika akhirnya saya mengumpulkan keberanian bertahun-tahun yang lalu untuk meminta bantuan, saya ditolak karena jenis kelamin saya.

Diberitahu bahwa telepon hanya untuk perempuan dan lelaki adalah pelaku meruntuhkan semua keberanian yang telah saya kumpulkan bertahun-tahun untuk meminta bantuan.

Dan menurut nasihat bijak dari ibu saya, saya akan memastikan hal itu tidak terjadi pada orang lain.

Kata-kata beliau mengilhami saya untuk mendirikan Stay Brave – sebuah badan amal yang bertujuan menjadi suara untuk semua korban pelecehan. Perkosaan yang secara keliru dipandang sebagai masalah khusus perempuan.

Kantor Statistik Nasional Inggris menunjukkan bahwa 72.000 orang lelaki per tahun diperkirakan menjadi korban pelecehan seksual baik yang dilaporkan maupun tidak.

Organisasi Stonewall juga mengatakan bahwa hampir setengah (49%) dari semua lelaki gay dan biseksual telah mengalami setidaknya satu insiden penganiayaan dalam rumah tangga dari seorang anggota keluarga atau pasangan sejak usia 16 tahun.

Misi dari Stay Brave adalah untuk menghapus rintangan yang mencegah korban kekerasan mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Bahkan di era digital sekarang ini, satu dari empat korban adalah lelaki – masuk akal bahwa solusi dan bantuan yang akan kami berikan berlaku inklusif pada semua jenis kelamin dan orientasi.

Saya berdiri teguh bersama penyintas seperti saya setiap hari

Sekarang sudah 2017. Ada sekitar 30 orang yang berdiri di luar sebuah pub di Docklands, semua mengenakan kaos yang sama untuk melakukan sebuah tantangan.

Mereka semua akan berjalan sejauh sepuluh mil keliling London, dari Canary Wharf ke Hammersmith, untuk meningkatkan kesadaran akan korban pelecehan dan penyerangan.

Tantangan yang dinamakan Walking Brave ini melambangkan sesuatu yang nampak mudah tapi sulit saat Anda harus melakukannya sendiri – sama seperti meminta bantuan.

 

Saya bersyukur bisa menyelenggarakan Walking Brave, namun lebih bangga dapat berdiri di samping beberapa orang yang luar biasa. Beberapa dari mereka adalah penyintas seperti saya tapi ada pula orang biasa yang bisa melihat bahwa ada sesuatu yang perlu diubah.

Yang terpenting, mereka semua ingin menunjukkan kepada penyintas lainnya bahwa ada orang-orang di luar sana yang mempercayai mereka dan siap untuk berjalan bermil-mil jauhnya untuk membantu menemukan bantuan yang mereka butuhkan.

Donasi yang terkumpul akan membantu Stay Brave untuk mencapai tujuannya.

Karena dorongan lembut dari ibu saya, Stay Brave sekarang berdiri, dan setiap tonggak yang Stay Brave dapatkan untuk para penyintas seperti saya selalu membuat saya mengingat kata-kata yang beliau katakan. Dia tahu aku tidak butuh rasa nyaman, tapi dorongan. Dan dengan dukungan untuk misi Stay Brave yang tumbuh setiap hari, saya berpikir bahwa kata-katanya akan selalu hidup.

Jadi, baiklah Bu…, apa yang terjadi pada saya sangat mengerikan; Tapi sekarang kita akan menghentikan hal itu terjadi pada orang lain. (R.A.W)

*Alexander Morgan adalah seorang penyintas perkosaan dan pendiri Stay Brave, ikuti @alexjaymorgan di Twitter

Sumber:

GSN