SuaraKita.org – Sebuah penelitian tentang kesehatan seksual lelaki menunjukkan bahwa kesadaran lelaki gay dan biseksual terhadap HIV, tes HIV, dan PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis) sangat rendah.
Secara keseluruhan, 19% lelaki yang berpikir bahwa mereka HIV-negatif tidak pernah benar-benar menjalani tes HIV.
Badan amal kesehatan lelaki GMFA mensurvei lelaki gay dan biseksual tahun ini sebagai bagian dari program ‘How Risky Am I?’.
Proyek ini dirancang untuk membantu para lelaki mengetahui skor kesehatan seksual mereka dan menerima informasi dan saran mengenai tes dan pengobatan HIV. Dan saran itu tentu saja perlu dilakukan.
Dari 9.000 lelaki gay dan biseksual yang disurvei, 20% tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan seksual. Dan hanya 26% yang mengatakan mereka “selalu” menggunakan kondom saat mereka melakukan hubungan seks anal.
22% tidak menyadari apa arti ‘viral load’, sementara hampir satu dari empat orang tidak mengetahui bahwa orang yang HIV-tidak terdeteksi (HIV-undetectable) tidak dapat menyebarkan virus tersebut.
Hasil penelitian ini diumumkan segera setelah Hari AIDS Sedunia, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perang melawan HIV.
Kesadaran akan PrEP, obat anti-viral yang dilakukan oleh mereka yang HIV-negatif untuk menurunkan risiko tertular virus, adalah bagian penting dari basis pengetahuan ini.
Tapi 24% lelaki tidak tahu apa itu PrEP.
Ian Howley, Chief Executive GMFA mengatakan: “Sangat jelas dari hasil penelitian ini bahwa masih ada kesenjangan informasi utama tentang PrEP, PEP dan apa artinya HIV-tidak terdeteksi bagi lelaki yang berada pada puncak aktivitas seksual mereka.”
“Banyak lelaki di bawah usia 39 tahun kurang pengetahuan dasar yang bisa menghindarkan mereka dari menjadi HIV-positif.”
Orang dengan HIV dapat hidup sampai tua untuk pertama kalinya, namun hasil penelitian GMFA menunjukkan bahwa mayoritas lelaki berusia di atas 60 tahun tidak tahu apa itu PrEP.
Ian Howley berkata: “Saya juga ingin fokus pada lelaki di atas usia 60 tahun yang menanggapi hal ini .
“Kami yang berada di sektor HIV tidak boleh lupa bahwa tidak ada titik terputus saat seseorang berhenti berhubungan seks.
“Kita tidak bisa berasumsi bahwa hanya karena mereka hidup sampai tahun 80an dan 90an, lelaki gay yang lebih tua tidak memerlukan pendidikan kesehatan seksual.
“Kita harus menjangkau lelaki gay dan biseksual yang lebih tua seperti yang kita lakukan pada lelaki gay yang lebih muda.”
Secara keseluruhan, telah ditemukan penurunan diagnosis HIV yang mendekati 80% di Inggris, namun kondisinya terus digempur oleh stigma dan kurangnya pendidikan.(R.A.W)
Hasil survei lengkap dapat diunduh pada tautan berikut:
[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2017/12/HOW-RISKY-AM-I.pdf”]
Sumber: