Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Merencanakan perjalanan bisa menjadi tugas yang menakutkan, tapi bagi seorang pelancong LGBT, Jerry Desmarais mengatakan bahwa hal itu bisa lebih sulit lagi.

“Ada sumber daya terbatas untuk komunitas gay,” kata Jerry Desmarais, Pemilik jaringan Dream Vacations yang juga seorang spesialis liburan di Wilton Manors, Florida.

“Karena semakin banyak negara memberikan kesetaraan pada pasangan sesama jenis, pelancong LGBT cenderung berduyun-duyun menuju daerah tujuan wisata yang paling menerima, inklusif dan progresif.”

Di seluruh dunia, kesetaraan pernikahan menjadi lebih diterima secara luas, sehingga membuka lebih banyak tujuan wisata dan tempat pernikahan.

“Ketika sampai pada tren pernikahan, destinasi seperti Afrika Selatan, Selandia Baru dan Irlandia menjadi pilihan populer bagi pasangan LGBT,” kata Megan Velez, dari Destination Weddings Travel Group. “Sementara pantai berpasir akan selalu menjadi favorit, kami sangat antusias melihat keberagaman dan kreativitas tujuan yang dipilih pasangan.”

Setelah pernikahan, tiba saatnya bulan madu dan Kelly Ortiz, pemilik Guru Travel yang berbasis di Illinois, mengatakan bahwa dia telah memesan tempat untuk beberapa klien LGBT yang sudah memiliki anak.

“Mereka mencari resor yang ramah dimana tidak hanya mereka akan merasa nyaman tapi juga anak-anak mereka,” kata Kelly Ortiz. “Klien saya sama seperti keluarga lainnya: Mereka peduli dengan keamanan, kenyamanan, lokasi dan kemudahan dalam perjalanan. Mereka tidak mencari resor LGBT; mereka mencari resor yang menerima. “

UNWTO (United Nation World Tourism Organization) dan the International Gay & Lesbian Travel Association baru-baru ini merilis the Second Global Report on LGBT Tourism, sebuah laporan yang membahas tren dan kebutuhan para pelancong LGBT. laporan ini mengutip sebuah survei yang mengindikasikan bahwa, ketika orang tua LGBT membawa anak mereka berlibur, 68 persen memilih tujuan yang ramah anak, sementara 32 persen memilih tujuan yang ramah terhadap LGBT.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa pelancong LGBT saat ini sangat beragam, lebih terlihat dan berjiwa petualang.

“Generasi milenial dari semua orientasi seksual dan identitas gender – sebagai konsumen dan pelancong – berperilaku berbeda dari pada generasi sebelumnya. Mereka tampaknya kurang terganggu oleh label dan stereotip yang kaku dan lebih banyak menerima LGBT pada umumnya, menimbulkan pertanyaan mengenai apakah pemisahan pelancong LGBT yang telah terjadi di beberapa tujuan akan diperlukan atau bahkan diinginkan di masa depan. “

Wisata Kapal Pesiar sangat populer untuk perjalanan LGBT, kata Daniel Hauptfeld, direktur pemasaran Katarina Line, karena memastikan semua orang yang ikut akan berpikiran sama dan merasa nyaman di lingkungan.

“Kroasia adalah tujuan yang sangat kosmopolitan, terbuka untuk setiap gaya hidup, tapi juga ekstra meyakinkan saat Anda berada di antara orang-orang yang berpikiran sama yang menikmati hal yang sama dengan Anda,” katanya.

Jeannette Candau, salah satu pemilik The Blue Walk mengatakan bahwa tren terbesar yang dia lihat dalam perjalanan LGBT adalah “meningkatnya penerimaan dan integrasi gaya hidup alternatif ke dalam masyarakat.”

“Sementara kunjungan wisata masih populer, kami menemukan bahwa pelancong LGBT kami utamanya mencari pengalaman yang ramah dan inklusif,” katanya. “Mereka mencari orang yang sama-sama berpikiran terbuka untuk menjelajah, tertawa dan bepergian bersama.” (R.A.W)

the Second Global Report on LGBT Tourism dapat diunduh pada tautan berikut

[gview file=”http://cf.cdn.unwto.org/sites/all/files/pdf/lgtb_report_compressed_0.pdf”]

Sumber:

travelpulse