Suarakita.org – Joyonto akan bermain permainan yang biasanya dimainkan oleh anak perempuan saat berusia 3 tahun. Orang tuanya pun membiarkannya karena mereka berpikir bahwa dia akan mulai menyukai kriket dan sepak bola seiring dengan waktu.
Ibunya pernah memarahi dia karena memakai banyak riasan wajah; Anak lelaki di kelasnya merundungnya karena gestur tubuhnya, memaksanya untuk meninggalkan sekolah. Joyonto pernah terpaksa mengemis dan tidur di jalanan setelah dia meninggalkan rumahnya pada tahun 2009.
Delapan tahun kemudian, Joyonto yang sekarang berubah menjadi Joyeeta, adalah seorang hakim transgender pertama di India, dan sebuah inspirasi bagi banyak orang yang terpaksa berjuang untuk bertahan hidup di komunitasnya. “Saya menyadari bahwa ada seorang perempuan di dalam diri saya, dan saya memutuskan untuk meninggalkan rumah saya untuk menyelamatkan orang tua saya dari penghinaan,” katanya, dengan menambahkan bahwa tekadnya untuk bekerja untuk komunitas transgender yang membawanya ke Siliguri.
Joyeeta memulai sebuah LSM, Dinajpur Notun Alo Society, untuk komunitas transgender di distrik Dinajpur Utara, di mana dia berhubungan dengan Wakil Kolektor dan Hakim Islampur, Thanduk Sherpa. “Dia adalah ayah baptis saya, dan apapun yang terjadi pada saya hari ini, hanya karena dia,” katanya
Joyeeta diangkat sebagai hakim di Lok Adalat wilyah Islampur pada tanggal 8 Juli, namanya direkomendasikan oleh mantan hakim distrik Subrata Poley. Sebuah Lok Adalat, katanya, terdiri dari seorang hakim senior, seorang pengacara, dan seorang pekerja sosial.
“Sejauh ini, saya telah mengikuti tiga sesi sejak penunjukan saya, kapan pun ada sesi, saya mendapat perlindungan polisi dan sebuah mobil,” katanya, menambahkan bahwa ini adalah masalah harga diri baginya.
Meski Joyeeta telah menjadi contoh yang patut ditiru, Joyeeta masih merindukan cinta orangtuanya yang terus menghindarinya. Dia masih mengingat hari ketika mereka datang dan memberkati dia. “Saya mengatakan sesuatu pada sebuah acara televisi tentang mereka yang tidak mereka sukai. Hal itu membuat hubungan kami menjadi jauh satu sama lain,” katanya, sembari mendesak setiap orang untuk menghormati hak transgender.
“Kami di sini bukan oleh pilihan kami. Awalnya, saya akan menangis saat orang-orang tertawa dan memanggil saya Hijra,” katanya. Hijra adalah sebutan bagi individu yang bertransisi jenis kelamin.Umumnya, kaum Hijra adalah seseorang yang mengubah jenis kelaminnya dari lelaki menjadi perempuan
Bagaimanapun, Joyeeta masih merasa tidak puas; Pertarungannya demi persamaan hak bagi para transgender baru saja dimulai. “Pertarungan saya dengan sistem akan berakhir hanya pada hari ketika saya melihat para transgender lain menjalani kehidupan yang bermartabat dan bukan sebagai barang yang menjadi sasaran perundungan.” (R.A.W)
Sumber: