Suarakita.org – Seorang perempuan transgender dari Chechnya yang mendapat suaka di Amerika Serikat membahayakan nyawanya dengan berkampanye bagi LGBT Chechnya lainnya yang menghadapi risiko persekusi anti-LGBT untuk dibawa ke negara tersebut.
Leyla, yang identitasnya disamarkan untuk melindunginya, menceritakan bagaimana dia menghadapi penganiayaan dari keluarga, teman dan pihak berwenang Chechnya karena identitas transgendernya.
Untuk waktu yang lama, Leyla mencoba menyembunyikan identitas gendernya saat tinggal di Chechnya. Namun, dia akhirnya pindah ke sebuah daerah lain sebelum pindah ke Moskow sehingga dia bisa mulai hidup dengan lebih jujur pada dirinya sendiri.
Namun, dia dianiaya, dilecehkan, diserang oleh anggota keluarganya yang merasa bahwa dia mencoreng nama keluarga.
Keadaan tersebut makin buruk sampai pada akhirnya dia ditemukan hampir tewas akibat sebuah tikaman.
Setelah sadar, Leyla diberitahu bahwa dia tidak perlu mengajukan laporan polisi karena dia mungkin harus kembali ke Chechnya untuk mendapatkan tanggal pengadilan. Orang-orang yang menolongnya yakin bahwa pelaku penyerangan tersebut adalah anggota keluarganya.
Dia kemudian menghubungi kelompok pendukung hak transgender yang menyarankan agar dia melarikan diri dari negara tersebut dan akhirnya Leyla melakukan penerbangan dengan seorang teman transgender lainnya ke Meksiko.
Dia berhasil melewati perbatasan Meksiko setelah diturunkan ditengah jalan di sebuah daerah antah berantah wilayah Amerika Serikat dengan hanya dengan mengetahui satu kata dalam bahasa Inggris yaitu “suaka”.
Kedua transgender tersebut sebenarnya bertujuan untuk pergi ke Argentina, namun mereka ditangkap oleh Patroli Perbatasan Amerika Serikat, dan Leyla sangat terkejut dengan perlakuan baik dari mereka sehingga dia dan temannya memutuskan untuk mengajukan permohonan suaka di Amerika Serikat.
“Hal pertama yang mereka katakan kepadaku adalah, ‘Nona, bisakah Anda menunjukkan paspor Anda?'” Kata Leyla. “Perilaku mereka menunjukkan bahwa saya berada di negara yang menghormati hak saya.”
Baru minggu lalu, dia akhirnya diberi suaka setelah berminggu-minggu berjuang untuk mendapatkannya.
Diketahui bahwa Amerika Serikat sebelumnya belum pernah memberikan visa kepada imigran asal Chechnya, ataupun Presiden Amerika Serikat mengecam tindak kekerasan yang terjadi kepada komunitas LGBT.
Perjuangan panjang yang dialami Leyla dalam usaha mendapatkan visa membuat dia ingin memperjuangkan hak individu LGBT Chechnya lainnya yang masih menghadapi persekusi di wilayah tersebut.
Dia sekarang adalah salah satu dari sekelompok aktivis yang mengunjungi Gedung Putih, Departemen Luar Negeri dan Kongres untuk menceritakan pengalaman buruk mereka.
Namun, Leyla membahayakan dirinya sendiri dengan membagikan kisah ini karena ia hanya diberi masa tinggal 15 bulan dan dapat dideportasi setelahnya.
Dia juga khawatir anggota keluarganya dikampung halamannya dianiaya.
Namun, dia bersyukur dapat memperbaiki keadaan walaupun sementara dan dapat menyumbangkan waktu untuk membantu orang lain.
“Saya sangat bersyukur untuk satu tahun dan tiga bulan yang diberikan untuk tinggal di Amerika Serikat ini, karena ini membuat saya merasa seperti manusia,” katanya. “Manusia yang memiliki hak – dan kekuatan untuk mengubah sesuatu.” (R.A.W)
Sumber: