Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Siswa SMA di Beijing telah membuat sebuah film tentang kehidupan seorang transgender yang bertujuan  untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu LGBT. Film sepanjang 75 menit tersebut menceritakan tentang kehidupan Zhang Wangan, seorang remaja lelaki yang menganggap dirinya sebagai seorang  perempuan dan sedang memulai untuk berdamai dengan identitasnyadengan dibantu oleh teman-temanya.

Film berjudul “Taoli”ini menjalani proses pengerjaan selama satu tahun. Film ini diproduksi, disutradarai dan dibintangi oleh 37 orang yang merupakan murid dari The High School Affiliated to Renmin University of China (HSAFUC). Hu Ranran, sutradara film tersebut mengatakan bahwa dia ingin membuat film bertema isu LGBT, karena dia merasa kelompok LGBT seringkali diabaikan oleh masyarakat..

“Generasi kita telah mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan telah mengeksplorasi bidang ini karena adanya perubahan dalam lingkungan pendidikan, namun banyak orang masih belum tahu bahwa ada kelompok LGBT” katanya.

Hu Ranran dan tiga orang teman satu kelasnya menjalankan proyek film tersebut setelah mereka menyelesaikan aplikasi untuk masuk ke universitas di luar negeri. Tanpa dukungan dana, mereka menyiapkan peralatan, kostum dan menentukan lokasi pengambilan gambar secara mandiri. Sekitar 70 persen lokasi pengambilan gambar dalam film tersebut dilakukan di lingkungan sekolah.

Hu Ranran juga mengatakan bahwa dia banyak menonton film dan dokumenter yang bertema LGBT, kemudian ia berbicara kepada beberapa orang yang transgender untuk membantunya dalam sebuah naskah. Zhang Yuge yang menjadi pemeran utama film tersebut juga menghadapi beberapa tantangan seperti mengenakan pakaian perempuan, didandani seperti perempuan dan belajar bersikap selayaknya seorang perempuan.

Inspirasi dari proyek film ini sebagian berasal dari diskusi-diskusi yang diadakan di kelas psikologi, dan pihak sekolah juga mengijinkan pengambilan gambar di film tersebut dilakukan di pekarangan sekolah. Namun, karena materi film yang sensitif mereka memilih untuk tidak menampilkan film tersebut di festival film sekolah.

“LGBT masih menjadi topik yang malu untuk bicarakan oleh orang tua, termasuk orang tua saya,” kata Hu Ranran. “Setelah mereka melihat film mereka berbicara tentang kegiatan syuting dan akting, tapi bukan topik LGBT.”

Sementara beberapa cuplikan film dibagikan secara daring, masih belum jelas sampai berapa lama cuplikan tersebut ada. Baru-baru ini, China Netcasting Services Association mengumumkan peraturan baru yang melarang video online menunjukkan sesuatu yang diklasifikasikan sebagai “hubungan seksual yang abnormal”. (J.S)

Sumber:

SCMP