SuaraKita.org – Pekan lalu parlemen Serbia mengangkat Ana Brnabic sebagai perdana menteri, menjadikannya perempuan pertama dan individu LGBT pertama yang memegang jabatan tersebut. Ana Brnabic, yang merupakan menteri administrasi publik, dicalonkan sebagai perdana menteri oleh Presiden Serbia Aleksandar Vucic.
Ana Brnabic menyenyam pendidikan di Inggris dan Amerika telah dianggap sebagai seorang teknokrat tanpa afiliasi partai politik.
Ana Brnabic menjadi menteri pertama yang secara terbuka sebagai LGBT di kementiran pada tahun 2016, sebuah prestasi yang luar biasa di bekas republik Yugoslavia yang konservatif secara sosial.
Pemilu di parlemen pekan lalu mengkonfirmasi Ana Brnabic hanyalah sebagai formalitas karena koalisi presiden memiliki mayoritas di parlemen.
Beberapa kelompok hak asasi manusia memuji penunjukan kepala pemerintahan yang melela sebagai LGBT secara terbuka di negara di mana kelompok LGBT mengalami diskriminasi, pelecehan dan kekerasan secara reguler. Yang lainnya memiliki reaksi beragam karena mereka percaya bahwa pengangkatan Ana Brnabic hanyalah sebuah upaya untuk menggambarkan Serbia sebagai negara yang toleran terhadap kaum minoritas dan siap untuk masuk ke Uni Eropa, dimana Serbia saat ini telah menjadi kandidat.
Meskipun homofobia dan transfobia tersebar luas di Serbia, peningkatan Ana Brnabic menjadi seorang menteri dan sekarang sebagai perdana menteri belum menghasilkan banyak pertentangan. Dia telah meremehkan seksualitasnya di masa lalu seperti pernyataannya dalam sebuah wawancara bahwa “Saya bukan juru bicara komunitas LGBT …. Saya tidak ingin dicap sebagai menteri gay.”
Homoseksualitas secara hukum dianggap sebagai penyakit di Serbia sampai tahun 2008, namun sebuah penelitian di tahun 2010 menemukan bahwa dua pertiga orang Serbia masih menganggap homoseksualitas sebagai penyakit. Lebih dari setengahnya ingin negara “secara aktif menekan” hal itu. Pasangan sesama jenis dan individu transgender tidak memiliki perlindungan hukum di negara ini.
Marko Karadzic, mantan sekretaris negara untuk hak asasi manusia dan minoritas di Serbia yang kini tinggal di Washington D.C, menggambarkan nominasi Ana Brnabic sebagai “baik untuk visibilitas dan hampir tidak mungkin untuk dipercaya karena masyarakat Serbia sangat homofobia”. Dia mendesak agar hati-hati mengatakan bahwa terlepas dari perkembangan yang menggembirakan dan progresif ini. “Serbia masih jauh dari menyambut minoritas, termasuk individu LGBTQ dan Roma” katanya. “Masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan keamanan dan hak kelompok-kelompok ini.”
Belum lama ini Irlandia membuat sejarah ketika memilih perdana menteri pertama yang melela sebagai gay dan berasal dari etnik minoritas, Leo Varadkar. Selain Ana Brnabic dan Leo Varadkar, satu negara lain di dunia – Luksemburg – saat ini memiliki kepala pemerintahan yang terbuka sebagai gay. (R.A.W)
Sumber: