Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Bagi sebagian perempuan, berhubungan dengan lelaki biseksual masih dianggap tabu, namun sebuah riset menyarankan bahwa lelaki biseksual dapat menjadi pasangan kekasih dan menjadi seorang ayah yang lebih baik. Sebuah survey beberapa waktu lalu menemukan bahwa 43% dari lelaki yang berusia  18 sampai 24 tahun tidak mengidentifikasikan diri mereka sebagai homoseksual atau heteroseksual, sementara riset lain menemukan bahwa perempuan bukan heteroseksual, perempuan hanya lesbian atau biseksual.

Sebuah riset juga menemukan bahwa lelaki biseksual yang nyaman dengan kemelelaannya lebih baik dalam urusan seks, membangun sebuah hubungan jangka panjang dan menjadi seorang ayah.

Hal ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa orang-orang ini mencoba untuk memahami seksualitas mereka, mereka juga mempertanyakan aspek yang paling negatif dari karakter maskulin: termasuk agresi.

Mereka juga tidak memiliki kemungkinan untuk memperlakukan seseorang dengan tidak setara dalam peran gender tradisional, menurut Dr Maria Pallotta-Chiarolli, Dosen Senior studi  Keberagaman Sosial dalam Kesehatan dan Pendidikan di Deakin University, Australia yang juga menulis buku Women in Relationships with Bisexual Men.

Pasangan mereka akan mempertanyakan kejantanan dan seksualitas mereka,” kata  Dr Maria Pallotta-Chiarolli. “Karena itu, orang-orang ini jauh lebih sensitif dan mereka ingin untuk membangun sebuah hubungan yang adil. Mereka jauh lebih menghormati. Mereka tertarik untuk menjadi ayah, mengatur peran gender dalam hubungan yang adil dalam rumah tangga”.

“Kami memiliki beberapa perempuan yang mengatakan bahwa setelah berpacaran dengan seorang lelaki biseksual, mereka tidak pernah bisa kembali ke berkencan dengan lelaki heteroseksual”. Meskipun demikian, dalam temuan ini, pasangan tersebut akan sedikit  kurang dipahami baik secara akademis ataupun dalam kalangan masyarakat. kata Dr Maria Pallotta-Chiarolli.

“Masyarakat, media, layanan konseling, dan sekolah cenderung ‘menghapus’ adanya hubungan tersebut dengan mengelompokkan biseksualitas dalam homoseksual atau heteroseksual secara biner; atau lupa sama sekali bahwa lelaki biseksual dan pasangan mereka berasal dari segala usia, etnis, negara dan juga  kelas”. Jelasnya.

“Kurangnya pendidikan seks yang beragam, yang meliputi cerita LGBT, menjadi sebuah bagian yang dapat disalahkan untuk masalah antara perempuan dan lelaki biseksual dan mengapa pasangan ini kurang dipahami”, kata Dr Maria Pallotta-Chiarolli.
“Hal ini akan menyebabkan masalah  tentang peran gender dan misogini. Itulah yang akan berkontribusi terhadap  hubungan yang tidak sehat,”katanya.  (R.A.W)

Sumber:

Freepressjournal