SuaraKita.org – Dari New York sampai London, dan dari Canberra sampai Amsterdam, tokoh masyarakat dan warga Belanda mengunggah foto mereka di media sosial dengan tagar #allemannenhandinhand (#semualelakiberpegangantangan).
Tren tersebut disulut oleh laporan pengeroyokan yang dilakukan kepada pasangan Jasper Vernes-Sewratanb (35) dan Ronnie Sewratan-Vernes (31) di Arnhem, sebuah kota di bagian timur Belanda beberapa waktu lalu.
Menurut keterangan pihak kepolisian, mereka diserang oleh sekelompok anak muda bersenjatakan alat pemotong besi. 2 orang tersangka pelaku diamankan oleh petugas sementara 4 lainnya dimintai keterangan terkait dengan pengeroyokan tersebut
Jasper mengunggah status di laman facebook-nya menceritakan kejadian yang menurutnya adalah sebuah kejahatan atas dasar kebencian. Unggahannya telah dibagi ulang lebih dari 7500 kali dan mendapatkan ribuan komentar suportif.
Tagar dukungan untuk pasangan tersebut dicetuskan oleh Barbara Barend, seorang jurnalis dan juga pendiri sebuah majalah di Belanda. Di cuitan twitternya Barbara menulis “Bisakah sepanjang minggu ini semua lelaki (heteroseksual dan gay) berjalan sambil bergandengan tangan…”
Para politikus, atlit, aktor, polisi dan pengusaha merespon ajakan tersebut
Wakil Perdana Menteri Belanda Lodewijk Asscher mengunggah foto dirinya berpegangan tangan dengan sesama politisi Partai Buruh Jeroen Dijsselbloem dengan tagar #allemannenhandinhand
Bijzonder dat sommigen reageren met “stelletje homo’s”. Klok, klepel. #allemannenhandinhand. pic.twitter.com/2kPR2TAfKH
— Lodewijk Asscher (@LodewijkA) April 3, 2017
Sejak itu, para pegawai Kedutaan Belanda di London, Canberra dan di PBB New York ikut dalam kampanye tersebut.
Male colleagues from the Dutch Embassy London holding hands in protest against violence towards the LGBTQIA community. #allemannenhandinhand pic.twitter.com/Bp6Mz6UiyY
— Dutch Embassy London (@NLinUK) April 4, 2017
Male colleagues from the Dutch Embassy Canberra hold hands in protest against violence towards the #LGBTIQ community #allemannenhandinhand pic.twitter.com/VLViPMPkJA
— Dutch Embassy (@NLinAustralia) April 5, 2017
Male colleagues of @NLatUN walking hand in hand in New York protesting against violence directed at LGBTI #allemannenhandinhand pic.twitter.com/AYThVsymep
— Lise Gregoire (@LiseGvH) April 3, 2017
Staf di Amsterdam Academic Medical Center mengunggah foto ini
… sementara pemain dari klub di kota Nijmegen, tepat di sebelah selatan Arnhem, mengunggah foto dengan komentar “NEC menentang kekerasan atas dasar anti-gay”
Polisi Rotterdam juga juga terlibat dalam kampanye tersebut, mereka mengunggah foto seperti yang dilakukan dua tokoh agama, David van Veen dan Erick Versloot, di Waarder, selatan Amsterdam.
Tagar tersebut masih mendapatkan momen, dimana orang-orang dari bangsa lain ikut membagikan foto mereka dengan saling berpegangan tangan.
Walaupun Belanda adalah negara pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis tahun 2001, aktivis mengatakan bahwa di negara tersebut masih belum terbebas dari homofobik.
Philip Tijsma, manajer urusan publik di COC Nederland, sebuah organisasi yang mendukung komunitas LGBT, mencerminkan pada situasi di negaranya pada tahun 2015, tak lama setelah Mahkamah Agung AS memutuskan mendukung pernikahan sesama jenis.
“Sementara beberapa orang mungkin berpikir Belanda menjadi sebagai semacam ‘surga gay,’ sebenarnya adalah lapisan penerimaan di negara ini lebih tipis daripada yang dipikirkan orang banyak,” katanya.
“Sekitar 7 dari 10 LGBT mengatakan mereka berhadapan dengan kekerasan fisik dan atau lisan karena identitas seksual mereka,” kata Philip Tijsma. “Ditambah, banyak murid LGBT menghadapi kesulitan-kesulitan di sekolah, di-bully dan menghadapi tingkat bunuh diri yang hampir lima kali lebih tinggi dari rata-rata.”
“Perjuangan untuk kesetaraan terus berlanjut.” (R.A.W)
Sumber: