Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Diskriminasi terhadap LGBT di Indonesia menyebabkan kerugian triliunan Rupiah. Demikian menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh The William Institute di UCLA School of Law Discrimination Amerika Serikat tentang pengalaman yang dialami oleh LGBT Indonesia. Penelitian tersebut menemukan bahwa diskriminasi terhadap LGBT di Indonesia yang terjadi di tempat kerja, pendidikan dan kehidupan sosial membatasi kontribusi mereka terhadap perekonomian Indonesia.

“Untuk mencapai potensi penuh di bidang ekonomi, LGBT perlu mengembangkan sumber daya manusia mereka, dalam kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan”.  kata ekonom M.V. Lee Badgett yang juga salah satu dari peneliti.

“Laporan ini menunjukkan bahwa LGBT Indonesia sering kali tertahan untuk mencapai titik potensi mereka yang hasilnya mereka tidak dapat berkontribusi secara penuh dalam perekonomian”.

Salah satu temuan kunci dari penelitian ini adalah LGBT Indonesia paling sering mengalami kekerasan yang mengakibatkan kesulitan ekonomi. LGBT atau mereka dianggap sebagai bagian dari LGBT adalah orang-orang yang menempati posisi tinggi dalam mendapatkan pelecehan di sekolah, yang mengurangi produktivitas pendidikan, karir dan ekonomi mereka di kemudian hari. Stres yang terkait dengan prasangka menyebabkan naiknya tingkatan depresi dan keinginan untuk bunuh diri, yang juga menghambat produktivitas ekonomi.

Waria di Indonesia menghadapi banyak hambatan karena mereka dianggap melanggar aturan budaya tentang gender. Waria kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, tetap bersekolah, atau membuka rekening bank karena jenis kelamin yang tercantum pada kartu identitas tidak sesuai presentasi jenis kelamin mereka. Di beberapa daerah, LGBT sangat bergantung pada pekerjaan di sektor pekerjaan informal, khususnya pekerja seks dan pekerjaan di salon.

Awal pekan ini, Human Rights Watch (HRW) mendesak Presiden Perancis François Hollande untuk menekan Indonesia tentang tingginya catatan diskriminasi terhadap LGBT. François Hollande akan menjadi presiden Perancis pertama yang mengunjungi Indonesia dalam 30 tahun.

“Kami mendorong Presiden Perancis baik secara publik ataupun pribadi untuk menekankan kepada  Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo dan pejabat Indonesia tentang isu-isu terkait tentang kebebasan beragama, akuntabilitas atas pelanggaran HAM masa lalu, hukuman mati, dan hak LGBT”. Tulis HRW dalam sebuah surat terbuka kepada Presiden François Hollande.

 “Khususnya, kami meminta Anda menekan Presiden Jokowi untuk mengutuk semua insiden besar pelecehan dan kekerasan anti-LGBT, mengarahkan divisi urusan internal Kepolisian Republik Indonesia untuk menginvestigasi kolusi antara Kepolisian dengan kelompok-kelompok Islam militan dalam serangan terhadap  LGBT dan aktivisnya, serta menahan mereka yang dianggap bertanggung jawab dan memerintahkan seluruh kementerian untuk membatalkan fatwa anti-LGBT, dan meminta Kementerian Kesehatan secara terbuka menolak pernyataan oleh Asosiasi Psikiatri Indonesia bahwa homoseksualitas adalah suatu kondisi kesehatan mental.”

Pada tahun 2016 lalu Presiden Jokowi secara terbuka mengatakan LGBT harus dilindungi, tetapi banyak mendapatkan kritik karena tidak menindaklanjuti kata-katanya dengan tindakan nyata. (R.A.W)

Jurnal penelitian (berbahasa Inggris) dapat di unduh dibawah ini

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2017/03/LGBT-Exclusion-in-Indonesia-and-Its-Economic-Effects-March-2017.pdf”]

Sumber:

Williams Institute UCLA

GSN