Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Tomoya Hosoda (25 tahun) yang bertransisi pada tahun 2015 lalu adalah transgender lelaki pertama yang terpilih menjadi pejabat publik di Jepang dengan menduduki kursi DPRD wilayah Iruma, Jepang

Tomoya Hosoda berpendapat bahwa prinsip dari kesetaraan hak bukan hanya milik LGBT, namun juga merupakan hak bagi kelompok lain termasuk para penyandang disabilitas dan jompo.

“Melela hanya sebuah permulaan,” kata Tomoya ketika diwawancarai oleh  Out in Japan. “Sekarang saatnya untuk membangun landasan bagi orang-orang yang membutuhkan untuk bergerak maju. Beberapa dinding pemisah tidak bisa dirubuhkan hanya oleh satu orang. Kita harus bekerja sama, dan saling membantu.”

Tomoya Hosoda mengatakan bahwa keluarga dan teman-temannya bersikap suportif ketika di melela sebagai transgender. Pada waktu itu Tomoya masih berkuliah jurusan ilmu kedokteran di universitas Teikyo.

“Orang tua saya, teman-teman, kolega mendukung saya. Walaupun ada begitu banyak masalah, banyak penderitaan, kita bergerak maju selangkah demi selangkah. Semakin banyak kita bertemu orang-orang, cara berpikir yang sempit akan menjadi luas . “

Transgender perempuan banyak yang telah mendapat jabatan publik di seluruh dunia selama beberapa tahun terakhir, mereka diantaranya terpilih untuk jabatan publik di negara Amerika Serikat, Kuba, Selandia Baru, Filipina, dan Chile. Di Jepang, Kamikawa Aya terpilih di Tokyo pada tahun 2003. Namun tokoh masyarakat transgender lelaki relatif jarang.

Di Inggris, Mark Rees adalah anggota dari DPRD Tunbridge Wells dari 1994-1998, menurut Arsip wiki UK LGBT. Mark Rees sebelumnya telah berusaha untuk ditahbiskan di Church of England tapi ditolak karena ia terlahir perempuan. Ia membawa kasusnya ke Pengadilan HAM Eropa, akan tetapi tuntutannya agar diakui sebagai seorang lelaki, kalah. (R.A.W)

Sumber:

International Business Times