Search
Close this search box.

[Liputan] Nonton Bareng Gayby Baby

SuaraKita.org – Sebagai penutup tahun kali ini, Suara Kita mengadakan Nonton Bareng film Gayby Bayby Sabtu lalu (17/12). Film dokumenter ini menceritakan tentang anak-anak yang diasuh oleh orang tua gay dan lesbian, alias pasangan sejenis. Film berdurasi satu setengah jam ini berhasil membuat peserta Nonton Bareng kali ini terharu.ku

“Sudah tiga kali nonton film ini, dan masih terharu menontonnya.” Ungkap Yudi.

Film produksi tahun 2015 ini mengangkat kisah anak-anak dari 3 pasangan lesbian dan 1 pasangan gay. “Kenapa ya lebih banyak pasangan lesbiannya? Apakah itu berarti orang-orang gay memang tidak memiliki niat untuk mempunyai anak?” tutur Iman.

“Mungkin, hanya mereka yang berani coming out dan difilmkan.” Jawab Yudi. “Di film ini juga aku melihat sang anak itu diajak berdiskusi terus oleh orang tuanya. Sedangkan di Indonesia sendiri kebanyakan komunikasinya selalu satu arah. Di film ini, anak-anaknya diajak berdiskusi, dan mereka suka membaca.”

Ada fenomena menarik dari film ini, yaitu salah satu dari anak pasangan lesbian di film dokumenter ini adalah seorang atheist. Padahal orang tuanya adalah lesbian dan penganut Kristen yang taat.

Peserta lain, bernama Bintang, mengatakan bahwa mungkin mengapa banyak gay tidak mau mengadopsi anak itu karena faktor pekerjaan. “Karena banyak perusahaan yang tidak mau menerima LGBT.”

Heteronormatifitas pun tak luput dari pembahasan kali ini. “Ada juga pasangan yang satu di rumah, yang satu bekerja di luar. Ini menunjukkan bahwa masih ada pasangan sejenis yang mengadopsi heteronormatifitas.” Tutur Iman.

“Di Australia sendiri, pernikahan sejenis itu belum legal. Masih menjadi perdebatan.” Tutur Radi.

“Di sini? Kalian berniat mengadopsi anak tidak?” tanya Yudi.

Jawabannya beragam, ada yang tegas mengatakan tidak ada yang ingin mengadopsi. “Aku sih ingin mengadopsi anak-anak yang benar-benar tidak diinginkan sama orang tuanya. Seperti anak dengan HIV, yang orang tuanya kurang ajar banget. Anaknya dikasih bantuan susu, malah diminum orang tuanya. Jadi lebih baik adopsi anak-anak yang tidak diinginkan orang tuanya seperti itu.” (Esa)