Suarakita.org- Sejak Januari 2016, The Sexology Clinic di Kopenhagen, Demark, menawarkan terapi hormon kepada anak-anak yang merasa mereka lahir di tubuh yang salah, atau dalam bahasa psikologi dikenal sebagai gender dysphoria.
Kantor berita Denmark, Ritzau, melaporkan pada Rabu, 28 Desember 2016, bahwa The Sexology Clinik awalnya memperkirakan akan ada 50 anak-anak yang mencoba layanan terapi hormon untuk mengubah gender mereka. Tetapi angka tersebut sudah terlampaui hanya dalam enam bulan. Total anak-anak yang mengakses layanan terapi hormon sampai akhir tahun ini sebanyak 130 anak-anak, lebih banyak dua kali lipat dari perkiraan.
Di Denmark, anak umur 12 tahun bisa mengakses hormon supresor atau disebut juga hormon pemblok pubertas, untuk menghentikan perkembangan organ seksual dan menghambat perkembangan pubertas, misalnya perkembangan rambut di wajah untuk anak laki-laki dan menstruasi untuk anak perempuan. Efek dari hormon penghambat ini sifatnya reversibel atau bisa dibolak-balik, bisa berubah. Ketika anak mencapai usia 16 tahun, mereka baru bisa mengakses penuh layanan terapi hormon yang efek tidak bisa diubah.
Menurut Linda Thor Pedersen, aktivis LGBT Denmark, tingginya permintaan untuk mengubah gender di antara anak-anak bukanlah sesuatu yang mengejutkan, “Tingginya angka permohonan (perubahan gender – red) di negara-negara Nordik karena kita sangat terlambat dalam memulai perawatan (layanan terapi hormon – red)”, ujarnya kepada Ritzau.
“Banyak sekali anak-anak sekarang bisa mendapat penjelasan apakah mereka mau perawatan (layanan terapi hormon – red) dan mendapat perawatan saat mereka puber yang mana tidak melukai mereka”, dia menambahkan.
Pedersen mengatakan bahwa pubertas membuat tubuh berubah. Perubahan ini bisa membuat orang yang ingin mengubah gender mereka merasa semakin stress.
“Untuk transgender anak perempuan, jakun mereka tumbuh dan untuk transgender anak laki-laki, pinggul mereka melebar. Ini sangat berdampak pada hidup mereka karena itu tidak bisa diperbaiki dengan sebuah operasi”, kata Pedersen.
Menurut laporan Jylland-Posten, koran terbesar di Denmark, fenomena banyak anak-anak memilih mengganti gender tidak hanya terjadi di Denmark. Di Swedia, tahun 2012 hanya empat anak yang memohon terapi hormon di Rumah Sakit Anak Stockholm, tahun 2016 diperkirakan sekitar 200 anak. Di Inggris, jumlah anak yang dirujuk ke klinik yang menawarkan layanan terapi hormon meningkat dari 97 anak di tahun 2010 menjadi 1.419 anak di 2016. (Teguh Iman)
Sumber : The Local