SuaraKita.org – Di usianya yang baru berusia 16 tahun Lily mendapatkan dukungan penuh dari orang tuanya. “Waktu saya masih kecil saya tertarik dengan hal-hal yang feminin, dan saya bersyukur memiliki orang tua yang suportif” katanya dalam sebuah acara TV. Bersama ibunya, Britt, dalam acara tersebut, Lily menawarkan saran kepada remaja transgender dan orang tuanya dalam menghadapi masa-masa transisi.
Tampil juga dalam acara tersebut seorang transgender remaja yang menghadapi penolakan dan diskriminasi oleh ibunya sendiri. Arianna, 17 tahun telah bertransisi selama 2 tahun terakhir, namun orang tuanya masih belum dapat menerima bahwa dia adalah seorang transgender, bahkan ibunya mengaku pernah mengancam akan mengusir Arianna dan membuang semua obat hormonal yang digunakan Arianna dalam masa transisinya. Sheila, ibu dari Arianna menolak menyebut Arianna dengan sebutan perempuan dan tetap memanggil Arianna dengan nama Joe, namanya sebelum dia bertransisi. Sheila juga menolak untuk pergi ke luar rumah bersama Arianna, dia beralasan tidak tahan dengan tatapan orang-orang kepada Arianna.
Arianna juga mengaku bahwa dia menerima siksaan fisik oleh ibunya dan harus menyelesaikan sekolahnya secara on-line karena hal tersebut. Namun ketika di konfirmasi oleh pembawa acara TV, Sheila mengaku bukan karena masalah anaknya menjadi transgender, meskipun dia harus menghadapi masalah nama panggilan dan perilaku negatif dari orang-orang sekitar, namun karena Arianna tidak berkonsentrasi pada pelajarannya dan prioritas, prioritas lain. Namun Arianna mengatakan bahwa ibunya sering mem-bully Arianna di media sosial dan menyebut ketika Arianna berusia 18 tahun dia harus keluar dari rumahnya.
Kepada penonton Lily mengatakan bahwa sangatlah penting untuk mendapatkan dukungan, khususnya di rumah, ketika orang-orang diluar tidak paham tentang proses transisi seorang trandgender. “Saya pikir mereka harus bertransisi bersama sebagai keluarga, mereka perlu belajar apa artinya menjadi seorang transgender. Untuk melangkah lebih jauh, mereka harus mengedukasi diri mereka dan mencari cara bagaimana agar berhasil melaluinya”.
Britt mengatakan bahwa ketika dia merasakan ketakutan pada saat transisi Lily, dia berusaha keras untuk berpikir positif. “Saya tahu bahwa reaksi saya sangatlah penting bagi Lily, untuk membantunya, untuk selalu berada didekatnya, dan kami berusaha untuk melewati semua ini”. Britt juga berbagi apa yang telah dia pelajari tentang transisi anaknya bersama Sheila. Bahwa dia tidak boleh terpengaruh dengan pandangan negatif dari orang-orang sekitar, karena itu akan memicu rasa kekuatiran dan rasa terhakimi. “Saya pikir jika kamu dapat menjauhkan pikiranmu tentang pandangan orang lain, maka rasa kekuatiran dan rasa terhakimi akan hilang dan itu akan menjadi perasaan terbaik yang dapat kamu berikan kepada dirimu sendiri.” Ujarnya.
Sumber
mirror.co.uk