SuaraKita.org – Penyelenggara mengumumkan Meng Fanyu 27 tahun sebagai pemenang setelah sebulan lamanya berjuang dalam berbagai macam penilaian. Meng Fanyu mengatakan kompetisi tersebut sebagai “cara yang baik untuk meningkatkan kesadaran atas LGBT”.
“Banyak orang masih belum paham apa itu LGBT, dan untuk melela pun masih sulit. Jadi Anda harus membuktikan diri anda untuk menjadi orang yang berprestasi” tambahnya.
Ini adalah gelaran Mr. Gay pertama setelah kepolisian China menggagalkan acara tersebut pada tahun 2010. Panitia penyelenggara Kate Sun mengatakan acara tersebut juga berkonsentrasi pada peningkatan kesadaran akan penularan HIV dengan mengajak untuk hidup sehat, berpikir positif dan energik. Selain itu acara tersebut juga menghindari agenda politik. “kami hanya ingin mengadakan acara yang menyenangkan.” Katanya.
Acara ini juga dipandang sebagai “kudeta” oleh sebagian aktivis LGBT, dimana China pada awal tahun ini melarang semua program yang menampilkan pasangan gay dan lesbian dan memperkenalkan pedoman yang melarang penggambaran “hubungan dan perilaku seksual abnormal”. Larangan itu juga termasuk incest, kekerasan seksual, perselingkuhan, “praktek sihir dan takhayul,” dan “kasus kriminal yang dianggap aneh”. Pelarangan tersebut ditandai dengan dihentikannya tayangan serial “Addicted” yang dianggap tidak layak untuk ditonton. Serial tersebut dihentikan penayangannya sebelum mencapai akhir cerita.
Walaupun hubungan sejenis telah didekriminalisasi tahun 1997 oleh pemerintah China, LGBT di China belum memiliki perlindungan hukum. Pernikahan sejenis masih ilegal dan berdasarkan survey tang dilakukan oleh WorkForLGBT hanya 39% dari seluruh warna negara yang mendukung untuk melegalisasikannya.
Akan tetapi hati dan cara berpikir telah berubah di dalam dunia bisnis China, dimana aplikasi sosial gay menjadi investasi yang populer. Setidaknya itu menurut pendapat Steven Paul Bielinski, pendiri LSM non-profit WorkForLGBT. Menurutnya perubahan sikap tersebut sedikit banyak didorong oleh komunitas bisnis. Pemerintah China mungkin tidak mengerti hak asasi manusia, tetapi mereka memahami manfaat ekonomi dari pergeseran posisi mereka tentang hak-hak LGBT.
“Padahal hanya beberapa tahun yang lalu apapun yang berhubungan dengan LGBT dipandang sebagai potensi yang tidak stabil, meningkatnya jumlah perusahaan menargetkan pasar LGBT hari ini adalah sesuatu yang jauh lebih dimengerti untuk pejabat, Sekarang itu menjadi isu bisnis – dan bisnis adalah sesuatu pemerintah mengerti.” katanya.
The Beijing Kunlun Tech Company menginvestasikan 93 juta dollar di aplikasi Grindr tahun ini, sedangkan aplikasi Blued memiliki 27 juta pemakai, yang menjadikannya menjadi aplikasi dengan pemakai terbanyak di dunia dibanding aplikasi sejenis. Namun, belum banyak yang memiliki keberanian untuk melela adalah sebuah hambatan utama yang dihadapi. Menurut survey terakhir, hanya 5% dari pengguna aplikasi Blued yang sudah melela. Bahkan banyak dari kontestan Mr. Gay China pun masih belum melela.
Menga Fanyu juga menegaskan bahwa dia akan mengikuti pemilihan Mr. Gay World. “Saya ingin berdiri di panggung dunia dan mengatakan kepada orang-orang, ‘saya gay, dan saya dari China,’ dan menunjukkan kepada mereka bahwa gerakan LGBT di China tetap hidup dan aktif.” Tegasnya. (R.A.W)
Sumber