Search
Close this search box.

[Liputan] Nonton Bareng: 4 Film Dokumenter Karya Tonny Trimarsanto

Oleh: Wisesa Wirayuda

SuaraKita.org – Bersamaan dengan awan yang mendung, Hari Sabtu 20 Agustus 2016, Suara Kita mengadakan nonton bareng 4 film dokumenter karya Tonny Trimarsanto dengan judul-judulnya yaitu Egg, Chicken and Where’s Mr Kelly yang menceritakan isu kekerasan pada orang-orang di Papua, bagaimana warga papua mendapatkan kekerasan dari militer. Lalu ada It’s a Beautiful Day yang menceritakan Dalang Cilik Wayang Beber yang mengkritik perusahaan-perusahaan air minum kemasan yang memonopoli persediaan air di desanya. Kemudian yang ke tiga ada Roedjito yang mengisahkan kehidupan menjelang kematian sang seniman Cirebonan yang bernama Roedjito. Dan terakhir ada film Renita, Renita yang bercerita tentang kehidupan seorang waria bernama Renita dengan ambisinya menjadi dokter namun terpaksa harus terjun ke jalan demi menyambung hidupnya. Tonny Trimarsanto adalah pembuat film dokumenter dengan banyak penghargaan.

Film dokumenter yang berjudul It’s a Beautiful Day berhasil mengundang gelak tawa peserta karena ceritanya yang penuh humor, ditambah lagi Dalangnya adalah anak-anak. Isu yang diangkat pun adalah bukan isu yang biasa dibahas oleh anak-anak.

14045320_10154437609757290_413394513_oPeserta bernama Doni (bukan nama sebenarnya -Red.) menceritakan latar belakang Tonny Trimarsanto, “Saya kenal dengan pembuat film ini, kami membuat film dokumenter bersama di Aceh, tentang waria, dan saat itu kami memilih mas Tonny itu karena dia menceritakan kisah-kisah orang terpinggirkan, dia dari Yogyakarta dengan latar belakang Katolik. Dan dia menggambarkan situasi kawan-kawan minoritas. Bangsa ini sebenarnya punya PR besar dalam isu-isu kelompok minoritas.”

Seorang peserta lain bernama Mimi (bukan nama sebenarnya -Red.) menceritakan pengalamannya mengunjungi Timor Leste untuk memberi tanggapan pada film Egg, Chicken and Where’s Mr Kelly, “Setahu saya tidak ada yang mengadvokasi kekerasan seksual pada laki-laki di Timor Leste, ada laki-laki yang diperkosa tentara sampai meninggal, asumsi saya sudah pasti tidak hanya satu. Sedangkan untuk kasus perempuan sudah banyak yang mengadvokasi. Saya juga pernah kerja di daerah Papua, di kota, itu ngeri, saya waktu itu ada di sebuah daerah konflik, ada mobil kompi tentara dan jumlah tentaranya mungkin lebih banyak dari penduduknya, entah akan berbuat apa.”

Website milik Tonny Trimarsono bisa diakses di sini.