Search
Close this search box.
Sumber : http://queerty-prodweb.s3.amazonaws.com
Sumber : http://queerty-prodweb.s3.amazonaws.com

Oleh : Tegar Ramadan

Suarakita.org- Hubungan antar ras sering kali menimbulkan isu-isu kultural dan versi gay-nya tidak terkecuali. Segala upaya untuk membahas persoalan hubungan beda ras antara pria gay Asia dan Kaukasoid, terutama dalam komunitas gay Asia dan diaspora Asia, akan menghasilkan debat yang terpolarisasi dalam bingkai retorika “Asia versus Kaukasoid”. Retorika inilah yang mendorong saya untuk memeriksa representasi sinematik kontemporer akan hubungan dan hasrat Asia-Kaukasoid dalam esai ini; apa yang secara peyoratif disebut fenomena “beras dan kentang”. Di sini saya berfokus pada film-film Cina diaspora yang mengandung tema itu, yang kebanyakan kebetulan berbahasa Inggris. Fenomena tersebut juga menciptakan kegelisahan kultural yang cukup mendesak hingga film-film ini merasa perlu menghadapi, meredakan, atau secara sadar mengatasinya. Untuk memulai analisis, pertama-tama perlu saya petakan secara ringkas kontur dinamika antarras ini untuk dapat sampai pada motivasi-motivasi naratif dan representatif yang mendasari karya-karya yang akan saya bahas.

Konsep “beras dan kentang” berdasar pada stereotip etnis, yang dipandang oleh Laurence Wai-Teng Leong sebagai kasus “ketertarikan spesifik di kalangan pria homoseksual pada pria lain dari kelompok etnis tertentu.” “Ratu kentang” (potato queen) adalah laki-laki asia yang secara eksklusif mengencani laki-laki kulit putih, sedangkan “ratu beras” (rice queen) adalah laki-laki kulit putih yang hanya menyukai laki-laki Asia. Penggunaan metafora “beras” dan “kentang”, karena jelas berkonotasi rasial, berisiko dikooptasi ke dalam berbagai wacana rasial. Istilah-istilah ini juga memiliki kecenderungan untuk menghilangkan heterogenitas dan perbedaan dalam kategori etnis “Asia” dan “Kaukasoid”. Tentu saja gagasan pelabelan etnis/seksual ini mengungkap hanya puncak gunung es “beras dan kentang”, yakni persimpangan rumit dari wacana rasial dan seksual queer. Dalam esai sosiologisnya yang berjudul Of Rice and Potatoes, Leong menganalisis beberapa dimensi problematika tersebut, yang ingin saya soroti secara singkat di sini guna membuat rangka teoretis untuk meletakkan analisis film saya.

Artikel lengkap bisa diunduh di bawah ini.

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2016/08/Tegar_Juli-OK.pdf”]

Artikel berbahasa Inggris bisa diunduh di bawah ini.

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2016/08/RICE-STICKING-TOGETHER.pdf”]