Suarakita.org- Isu minoritas di Negara Belgia yang muncul dalam film Mixed Kebab menjadi perbincangan di Suara Kita pada Sabtu, 11 Juni 2016.
Nonton bareng Suara Kita menampilkan film produksi tahun 2012, Mixed Kebab. Film tersebut menceritakan kisah Ibrahim, seorang imigran Turki, muslim, dan gay. Ibrahim adalah generasi ketiga di keluarga Turkinya yang tinggal di Belgia, maka dari itu secara hukum, Ibrahim adalah warga negara Belgia.
Walau sudah mengantongi kewarganegaraan Belgia, keluarga Ibrahim masih sangat kental menjalankan tradisi budaya Turki. Hal ini ditunjukkan ketika Ibrahim harus menjalani perjodohan dengan sepupunya yang tinggal di Turki.
Konflik memuncak seseorang mengirimkan foto Ibrahim dan pacar lelakinya ke keluarga Ibrahim. Ayah Ibrahim langsung mengusir dan menganggap Ibrahim sudah mati.
Setelah pemutaran film, acara berlanjut pada sesi diskusi. Satu pertanyaan yang dilontarkan adalah bagian apa dari film ini yang sangat sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
“Dipaksa kawin”, jawab Bembi (bukan nama sebenarnya), gay asal Jakarta. Bembi mengungkapkan bahwa seringkali kelompok gay ditekan oleh keluarga untuk menikah. Dan si gay sendiri juga tidak kuasa untuk menceritakan pada keluarga mengenai siapa dirinya sesungguhnya dan siapa yang dicintainya.
“Fundamentalisme agama”, jawab Jerry (bukan nama sebenarnya), gay asal Jakarta. Furkan, adik Ibrahim di film Mixed Kebab, bergabung dengan kelompok agama Islam yang radikal. Furkan anak usia 18 tahun, sering bolos sekolah karena lingkungan sekolahnya yang dia nilai rasis. Ayah Furkan pun sangat abusif, kesalahan kecil saja bisa membuat Furkan babak belur. Furkan pun terus dibanding-bandingkan dengan abangnya, Ibrahim.
Jerry pun bercerita bahwa sebagai gay dan Katolik dia sangat merasakan pengalaman tidak enak hidup di Indonesia. “ Pernah di Mall, di Food Court, gue duduk pesen makanan terus ada bapak-bapak berpeci, berjenggot ngeliatin gue aja, ini apa maksudnya”, cerita Jerry.
Tonny mengungkapkan bahwa Ibrahim adalah sosok yang triple minoritas, dia adalah muslim, dia adalah gay dan dia adalah imigran. “Ini yang buat rumit dan menarik”, ungkapnya.
Adzan maghrib berkumandang. Acara pemutaran film dan diskusi selesai, dilanjutakan buka puasa bersama. (Teguh Iman)