SuaraKita.org – Negara-negara Muslim atau negara –negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seharusnya mendukung peran komunitas LGBT jika ingin menanggulangi masalah HIV/AIDS. Demikian terang Samra Habib, aktivis pembela hak-hak LGBT Muslim menanggapi keputusan Organisation of Islamic Cooperation (OIC/OKI) yang menolak kehadiran 11 organisasi LGBT di konferensi yang diadakan oleh UNAIDS dalam waktu dekat.
“Sangat sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa organisasi tersebut tidak menghargai kehidupan LGBT, pekerja seks komersil, perempuan dan anak anak perempuan, ketika masalah HIV/AIDS meningkat di sejumlah negara negara Muslim.” Katanya.
Samra Habib menyimpulkan bahwa kebijakan OIC kepada LGBT menempatkan masalah kesehatan di sebuah populasi yang sudah rentan kepada risiko yang lebih besar. Dia mengambil contoh di Pakistan, salah satu negara anggota OIC. Tingkat infeksi HIV dikalangan pekerja seks transgender meningkat. Dan pakistan, bersama dengan Mesir melaporkan rendahnya kesadaran menggunakan kondom di negara negara Muslim. Padahal, dengan memberikan akses ke informasi tentang bagaimana cara untuk menurunkan resiko penularan HIV bukan hanya menyelamatkan nyawa. Itu juga dapat digunakan untuk mengirimkan pesan bahwa negara-negara Muslim memprioritaskan kesehatan seluruh warga negaranya.
El-Farouk Khaki, seorang pengacara pembela HAM dari Kanada yang fokus kepada pengungsi LGBT Muslim dimana banyak diantara mereka yang hidup dengan AIDS melihat penolakan tersebut sebagai sebuah langkah mundur bagi HAM di Negara-negara Muslim.
“Suara-suara dari organisasi LGBT akan menambah pengalaman dan strategi potensial dan wawasan yang akan menyelamatkan nyawa,” jelas pengacara yang juga sebagai pendiri masjid Unity, sebuah Masjid ramah LGBT di Toronto.
El-Farouk Khaki menambahkan bahwa dengan menolak kedatangan organisasi LGBT adalah sebuah penindasan dan upaya membungkam suara yang penting dan kemungkinan cara mengatasi pandemi yang menginfeksi semua orang tanpa diskriminasi. Padahal menurutnya Nabi Muhammad S.A.W mengajarkan bahwa ketika hidup dengan ketidak adilan sama saja dengan membunuh umat manusia. Dan jika menyelamatkan nyawa seseorang berarti menyelamatkan seluruh umat manusia.
Selain itu, membatalkan penolakan terhadap organisasi LGBT untuk menghadiri pertemuan PBB akan memberikan sinyal kepada dunia bahwa negara-negara Muslim siap untuk menjadi bagian dari percakapan global serta upaya dunia untuk memberantas HIV / AIDS . (Radi Arya Wangsareja)
Sumber