Suarakita.org – Perisai embun,
Basah….
Berlumur lendir bercampur darah
Bersimbah luka dan kenikmatan; menyatu peluk
Kemudian senyum dalam kegetiran
Sembari menyulut rokok sebatang
Lembaran uang lima puluh ribuan
Beberapa di atas meja, yang lain bertebar di lantai
Sekira enam atau tujuh banyaknya
Sehabis berkemas, kembali ke jalanan
Mengais rejeki; membunuh asa, menggantung mimpi
Tak butuh tuah mulut pengharam
Waiting is regret, bisa bisa tidak makan esok hari
Maka mendatangi pelanggan
Saat malam dengan malu-malu beranjak, dingin!
Baju robek bahkan celana bekas habis di gunting
Sisa-sisa luka masih juga mengalir darah segar
Penciptaan sensasi semu….
Pelecehan, kekerasan; eksploitasi tubuh yang sudah terbeli
Dimana harus mengadu, melapor?
Kepada aparat, yang katanya penegak hukum?
Bisa bisa di cambuk, dengan lantunan khidmat;
Pelacur, sampah, amoral—sembari membuang ludah
Lalu, apa yang mereka tegakkan selain batang kereke di antara dua selangkangan!
Di kolong langit negeri Pasundan, 9 Mei 2016
*Sapa penulis melalui email pribadinya di nicoeman7@gmail.com