Search
Close this search box.

[Liputan] Bincang Tokoh Suarakita 28 Mei 2016

logo-llb_2
Sumber Gambar

Oleh : Dwipa Pangga

Suarakita.org – Dalam rangkaian Peringatan Idahot 2016 (International Again Homophobia Transpobia),  Suara Kita menghadirkan Syaldi “Botak” Sahude dalam acara ngobrol santai Bincang Tokoh, Sabtu 28 Mei 2016 di Sekretariat Suara Kita.

Botak panggilan akrab Syaldi adalah aktivis pendiri  LSM Aliansi Laki-laki Baru  (ALB) yang didirikan tanggal 6 September 2009. Pria berambut panjang ini memaparkan bagaimana awalnya dia prihatin dengan kekerasan yang dihadapi oleh perempuan sebagai ojek kekerasan pria. Mengapa melibatkan laki-laki? Karena menurut pemikiran laki-laki baru mayoritas laki-laki umumnya tidak memiliki karakter yang menjurus melakukan kekerasan, khususnya terhadap perempuan. Tetapi  kemudian masyarakat “permisif”, mendorong laki-laki memiliki keyakinan agresif dan kekerasan sebagai bentuk ekspresi diri (self-expression) yang diterima dalam masyarakat.

Lebih lanjut Syaldi memaparkan dalam presentasinya bahwa sebagian besar laki-laki dalam masyarakat bukan pelaku kekerasan. Dan ini adalah mayoritas  (silent majority), tapi bersikap pasif, dan seringkali, langsung maupun tidak, permisif terhadap berbagai bentuk kekerasan dan seksisme di sekitarnya. Hanya sebagian kecil laki-laki mengambil peran  menentang berbagai bentuk kekerasan dan seksisme, serta mengajak berbagai pihak, khususnya laki-laki, untuk berbuat hal sama. Inilah peran yang dilakukan dan didorong oleh Aliansi Laki-Laki Baru.

882667_143226135851724_1628994893_oPelibatan laki-laki juga didasari pemikiran bahwa kekerasan adalah “sesuatu” yang dipelajari laki-laki. Begitu juga perempuan yang diajarkan submisif, sehingga agen patriarki tidak hanya laki-laki tetapi bisa juga perempuan. Karena kekerasan itu sesuatu yang dipelajari, ALB percaya bahwa kekerasan bisa dipelajari kembali dengan penaman nilai-nilai anti kekerasan. Syaldi juga menambahkan  data  dari survey yang dilakukan random sampling  oleh Partners For Prevention (PFP) , menyebutkan 1 dari 4 Laki-laki Jakarta adalah pelaku kekerasan seksual. Angka yang mengejutkan.

Selain itu suka atau tidak, saat ini laki-laki masih memegang kekuasaan di berbagai struktur masyarakat. Oleh karena itu, laki-laki adalah mitra potensial dalam penghapusan kekerasan berbasis gender.  Faktor lainnya juga adanya  pengakuan global terhadap pentingnya pelibatan laki-laki dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

Laki-laki sejak dilahirkan sudah mendapat keistimewaan perlakuan, misalnya gak usah takut bandel , boleh pulang malam. Laki-laki mendapat keistimewaan ini karena ada pihak yang direpresi, dalam hal ini perempuan . Maukah laki-laki melepaskan keistimewaan ini? Ini juga yang dalam perjalanan ALB menjadi kritisi tersendiri apalagi dengan munculnya gerakan laki-laki baru  memancing pihak donor untuk mendanai besar-besaran pelibatan laki-laki. Disisi lain pelayanan terhadap korban kekerasan dananya semakin turun.

Dalam slide presentasinya, Syaldi juga menceritakan  perjalanan sejarah pelibatan laki-laki di dunia ditandai dengan Gerakan White Ribbon Campaign di Canada tahun 1991. Dimana saatnya laki-laki bicara anti kekerasan. Di Indonesia tahun 1999, beberapa aktivis mendeklarasikan Cowok Anti Kekerasan (CANTIK), salah satu pendirinya adalah Rocky Gerung.

Sejarah Aliansi Laki-laki baru ini diinisiasi dan didukung oleh organisasi-organisasi perempuan seperti; Men’s Forum (Aceh), Rifka Annisa (Yogyakarta), Rumah Perempuan (NTT),  Women Crisis Centre (WCC) Cahaya Perempuan (Bengkulu), Yayasan Jurnal Perempuan (Jakarta), Yayasan Pulih (Jakarta). Didukung oleh individu yang bekerja atau memiliki kepedulian pada isu kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan berbasis gender.Berbasiskan pada kerja sukarela dengan tujuan: Mempromosikan dan memperjuangkan nilai-nilai kesetaraan gender dan membangun paradigma baru menjadi laki-laki.

Istilah Laki-laki baru digunakan untuk merujuk pada proses meninggalkan paradigma lama (hegemoni maskulin) dan bertransformasi menjadi orang yang sadar dan terlibat untuk memperjuangkan kesetaraan gender, baik secara individu maupun bagian dari dari masyarakat. Dengan memakai prinsip Berkomitmen pada Kesetaraan dan Keadilan , Anti-diskriminasi dan Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Sejauh ini yang sudah dilakukan ALB adalah melakukan kampanye melalui media sosial dalam membentuk citra laki-laki baru yang anti kekerasan. Disampingan pengembangan kapasitas relawan dan berjejaring dengan komunitas yang mempunyai nilai-nilai yang sama.

Disesi diskusi yang dibuka , mendapat sambutan dari peserta acara bincang tokoh kali ini. Belasan orang yang hadir tampak mengikuti acara ngobrol santai ini dengan serius. Di moderatori oleh Teguh Iman mengundang peserta untuk bertanya. Ada peserta yang bertanya tantangan terbesar yang dihadapi ALB? Dijawab oleh, Syaldi tantangan terbesar ALB adalah menambah lebih banyak orang yang mau terlibat di isu ini dan pendanaan. Karena ALB  berperinsip tidak menerima dana dari donor.

Ada yang bertanya bagaimana Syaldi berinteraksi dengan keluarganya sendiri? Menanggapi pertanyaan ini Syaldi lebih memilih pendekatan persuasive dengan orang-orang terdekatnya dan memilih kompromi pelan-pelan menginformasikan tentang nilai-nilai laki-laki baru ke keluarganya.

Dalam sesi tanya jawab tersebut 3 peserta yang bertanya mendapatkan buku gratis dari Pustaka Pelangi. Ketika adzan magrib berkumandang, acara bincang tokoh ini diakhiri.