Suarakita.org- ASEAN Literary Festival (ALF) tetap diselenggarakan sesuai rencana walau dapat ancaman pembubaran oleh sekelompok orang.
Dalam situs aseanliteraryfestival.com, ALF adalah kegiatan budaya dimana negara-negara ASEAN membagi kedekatan, kemiripan dalam budaya sastra yang terkadang terpengaruh dari pengalaman kolonialisasi. Fokus acara ini menjadi jembatan antara masyarakat sastra dan masyarakat umum, mempromosikan kebudayaan, seni dan sastra bukan hanya di tingkat rergional ASEAN melainkan juga global.
Sebelum acara pembukaan ALF, gedung Teater Jakarta 3 tidak dibuka oleh pengelola gedung karena pengelola gedung menganggap AlF tidak punya izin acara. Panitia ALF menganggap ini adalah bentuk tekanan agar acara mereka bubar karena mereka mengangkat isu LGBT, ’65 dan Papua.
Sementara itu di depan pintu masuk Taman Ismail Marzuki (TIM), sepuluh orang menamakan diri Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Muslim (AM3) melakukan demonstrasi menolak acara ALF dengan alasan acara ini mempromosikan komunisme, separatisme dan LGBT. AM3 tidak lama berdemonstrasi, setelah sekitar 30 menit mereka pun membubarkan diri.
Kapolda Metro Jaya, Irjen. Pol. Moechgiyarto, menjamin keamanan ALF. Ditemui di TIM, Irjen. Pol menyatakan bahwa penolakan dan menyelenggarakan acara adalah hak warga dan tugas polisi adalah menjaga keamanan. Bila nanti ada demonstrasi susulan, Moechgiyarto menjamin akan memberikan ruang untuk yang berdemonstrasi dan akan menjaga keamanan kegiatan ALF, “Nanti kita amankan benar”, ungkapnya.
Okky Madasari, Direktur Program ALF mengungkapkan bahwa tema ALF tahun ini adalah “The Story of Now”, tujuannya untuk mencari relevansi bagaimana sastra merespon permasalahan-permasalahan dunia saat ini. Bagi Okky, permasalahan saat ini jelas yakni masalah hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. “Dan dalam konteks Indonesia ada masalah ’65, ada isu LGBT”, ungkap Okky.
Terkait isu LGBT, Okky menjelaskan bahwa sejak walam ALF memiliki kesadaran bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih preferensi seksual, Okky menyadari bahwa memilih preferensi seksual masih menjadi masalah di Indonesia dan banyak Negara ASEAN. Untuk itulah penting ALF mempunyai agenda yang membahas isu LGBT. “Ini adalah bentuk komitmen kita pada kebebasan berekspresi, keberpihakan kita pada individu untuk memilih apa yang diinginkan”, kata Okky. (Teguh Iman)