Oleh: Oriel Calosa
Suarakita.org – 15 Mei 2015, di Car Free Day jalan Pahlawan menjadi saksi bagaimana interaksi secara langsung kawan-kawan LGBTIQ yang dimotori oleh Rumah Pelangi Indonesia dengan masyarakat Kota Semarang dan yang terjadi melebihi ekspektasi yang sudah dipersiapkan oleh kawan – kawan Rumah Pelangi Indonesia dalam rangka Aksi Damai International Againts Homophobia, Transphobia and Biphobia serta ikut ambil andil dalam gerakan Aksi Melawan Kekerasan Seksual.
Masyarakat sangat antusias dalam menyaksikan aksi kami dan bagaimana kami ikut ambil andil dalam gerakan Aksi Melawan Kekerasan Seksual dengan menyebarkan ratusan burung kertas warna-warni simbol perdamaian dalam keberagaman dan kesetaraan dalam masyarakat.
Beberapa diantara mereka menandatangain kain putih untuk memberikan dukungan penghapusan stigma terhadap LGBT melalui Aksi Damai tersbut sekaligus menandatangani Aksi Melawan Kekerasan Seksual. Beberapa bahkan mengajak kami berdialog dan berdiskusi seperti dari kelompok Lintas Komunitas Semarang yang ingin mengajak kami ikut gabung bersilaturahmi dengan Lintas Komunitas Muda Semarang, walaupun kami sudah menyampaikan bahwa kami adalah Kelompok LGBT namun dengan lugas dia menjawab “Yang jelas, ini adalah wadah bagi semua komunitas di Semarang untuk bisa saling bersilaturahmi justru itu bisa dijadikan tempat untuk kawan-kawan menjelaskan tentang LGBT” atau seorang anak yang mengaku lulusan salah satu Universitas Swasta di Semarang yang antusias mengajak kami berdialog.
Meskipun dia masih menganggap bahwa LGBT adalah penyimpangan, namun dia sangat mengapresiasi keberanian Rumah Pelangi Indonesia untuk mengadakan aksi di Car Free Day secara terbuka.
Kegiatan Aksi Damai dalam rangka International Day Againts Homophobia, Transphobia and Biphobia ini menjadi tonggak sejarah bagi Rumah Pelangi Indonesia setelah beberapa kali dalam diskusi sebelum aksi diadakan merasa takut akan reaksi yang akan muncul ketika aksi dilakukan.
Semoga, aksi ini menjadi salah satu tolok ukur bagaimana LGBTIQ mulai di pandang sebagai bagian dari masyarakat Indonesia meskipun masih sangat jauh untuk menuju tatanan masyarakat Indonesia yang Inklusif, Demokratis dan menjujung tinggi keberagaman dan kesetaraan terhadap seluruh Warganegara Indonesia.