Oleh : Joe Kort, PhD
Suarakita.org- Izinkan saya memulai dengan mengatakan bahwa, ya, orang bisa menjadi heterofleksibel, homofleksibel, dan biseksual. Apabila membaca artikel ini membuat Anda merasa tidak nyaman atau mengeluarkan reaksi negatif, maka saya sarankan supaya Anda memeriksa diri, sikap, dan prasangka Anda. Apapun itu penilaian atau reaksi yang berlebihan dari kita, hal itu memperlihatkan siapa kita sebenarnya alih-alih orang atau situasi yang sedang kita hakimi.
Heterofleksibel
Wikipedia mendefinisikan heterofleksibel sebagai “sebuah bentuk orientasi seksual atau tingkah laku seksual yang sifatnya situasional yang dicirikan dengan aktivitas homoseksual minimal, meskipun orientasi seksual primernya adalah heteroseksual yang… membedakannya dari biseksualitas”
13 Minutes or So Minutes adalah film pemenang penghargaan yang mengangkat drama tentang heterofleksibilitas. Menurut saya ceritanya manis, menyentuh, dan mengilustrasikan betapa kompleksnya semua ini.
Heterofleksibel adalah dinamika yang nyata dan sebuah label yang pantas bagi banyak laki-laki heteroseksual yang kadang-kadang melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain berkat situasi atau kondisi yang tepat. Hal itu tidak serta-merta berdasarkan ketertarikan kepada seorang laki-laki secara menyeluruh. Secara signifikan, kata heterofleksibel sendiri memunculkan banyak reaksi keras dari orang-orang – laki-laki dan perempuan, anak-anak muda dan orang-orang tua, gay, heteroseksual, dan biseksual. Namun, reaksi yang paling buruk biasanya datang dari laki-laki (baik gay maupun heteroseksual), yang mungkin akan menjadi sangat emosional dan kadang marah dengan pemikiran bahwa seorang laki-laki heteroseksual mengidentifikasi diri sebagai orang yang fleksibel secara seksual.
“Dia gay,” mereka bersikeras. “Dia masih belum terbuka, tinggal menunggu waktu saja hingga ia melela. Berbuat sesuatu yang sifatnya seksual dengan laki laki lain… itu artinya dia GAY! Titik!”
Saya mengerti reaksi tersebut bila datang dari seseorang yang secara terbuka adalah gay. Ketika seorang laki-laki masih dalam tahap awal melela dan masih belum mengakui dirinya sebagai gay, ia biasanya akan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang straight. Ia akan sungguh-sungguh menganggap dirinya seorang heteroseksual, namun mungkin “hanya sedikit aneh.” Ia akan meyakinkan dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Lalu, ketika ia mengenali identitasnya yang sesungguhnya sebagai seorang gay, ia menengok kembali dan menyadari seluruh usaha keras untuk menyembunyikan dan menekan dirinya hingga akhirnya melela.
Ia mungkin akan tersinggung bahwa laki-laki gay lainnya berusaha menghindari rasa sakit seperti yang ia lalui sehingga akan memaksakan label “gay” atas semua orang yang menganggap diri mereka heterofleksibel atau biseksual. Kita sebagai laki laki gay berusaha keras agar diterima dan diperhitungkan, untuk diakui dan diacuhkan. Kita terus-menerus berusaha agar diperhitungkan sebagai warga dengan hak-hak sepenuhnya. Maka, kita terpaku pada istilah “gay” dan mengharapkan orang lain untuk dapat melela dan bangga dengan identitas mereka, seperti yang telah kita perjuangkan.
Namun, saya juga mengerti reaksi berlebihan seperti ini dari sudut pandang laki-laki heteroseksual. Banyak laki-laki heteroseksual diajarkan untuk menolak apapun yang bersinggungan dengan homoseksualitas. Setelah dibesarkan dalam lingkungan yang homofobik, di dalam diri laki-laki seperti ini tumbuh perasaan takut yang besar terhadap apapun yang berkaitan dengan homoseksualitas, jadi jika seorang laki-laki berkata “Ya, saya heteroseksual, tapi kadang-kadang saya mau melakukan berhubungan seks dengan laki-laki,” hal ini mengancam pandangan laki-laki heteroseksual mengenai apa makna sebenarnya laki-laki heteroseksual. Tumbuh menjadi laki-laki dewasa, pada umumnya remaja laki-laki diajarkan untuk tidak menyentuh remaja laki-laki lainnya melalui pelukan ataupun berpegangan tangan. Homoseksual maupun heteroseksual, kita biasanya diperingatkan untuk menekan perasaan kita dan memblokir akses menuju dunia emosional di dalam diri kita, sembari menyatakan bahwa ekspresi diri semacam itu mencirikan “gay” atau “feminin” – seakan-akan kedua istilah tersebut saling berhubungan dan seakan-akan ada yang salah dengan kata-kata tersebut.
Homofleksibel
Urban Dictionary mendeskripsikan istilah ini sebagai laki-laki homoseksual yang sudah melela dan menerima identitasnya secara penuh sebagai laki-laki gay dan memilih untuk melakukan hubungan seksual dengan perempuan.
Laki-laki atau perempuan gay yang melakukan kegiatan seksual dengan seseorang dari lawan jenis dalam kondisi tertentu sehingga membuat dirinya menjadi seorang “homo” yang “fleksibel.” Bukan “bi”, yang secara aktif tertarik dengan kedua jenis kelamin, tapi seseorang yang 100% gay, [tapi] terlibat dalam suatu jenis aktivitas seksual dengan lawan jenis karena alasan-asalan tertentu […] dalam rangka bertukar sesuatu, untuk waktu-waktu tertentu, untuk kesenangan, atau karena bosan.
Ketika seorang laki-laki gay melakukan hal itu, orang-orang tidak secara langsung melabelinya sebagai laki-laki heteroseksual. Kadang mereka akan berkata ia biseksual, tapi tidak pernah berkata ia heteroseksual. Jadi, ketika seorang laki-laki heteroseksual berhubungan seksual dengan laki-laki lain, mengapa ia secara otomatis dikatakan sebagai gay – tanpa dipertanyakan lebih lanjut?
Apabila Anda percaya bahwa laki-laki yang mengatakan bahwa dirinya heteroseksual, dan melakukan hubungan seksual dengan laki-laki lain, adalah gay atau biseksual, maka Anda juga harus setuju bila laki-laki gay yang berhubungan seksual dengan perempuan, itu artinya ia secara diam-diam adalah heteroseksual dan/atau biseksual.
Anda tidak bisa berpikir dengan logika yang bertabrakan.
Ketika seorang laki-laki gay melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan, ia akan dianggap tetaplah seorang gay. Tidak ada seorang pun yang mengatakan, “Tidak peduli dulu dia mengulum penis. Sekarang dia bersama perempuan, dia heteroseksual mulai saat ini.”
Orang-orang heteroseksual juga memberi penghargaan kepada laki-laki homofleksibel. Saya berkata kepada teman saya bahwa seiring dengan bertambahnya usia, saya mulai memiliki ketertarikan secara seksual kepada perempuan. Teman heteroseksual saya ini mengajak saya high-five! Ia tidak berkata, “Iyuh, itu straight!” atau menilai saya secara negatif. Dalam kedua istilah ini melekat homofobia – sebuah pemikiran bahwa ada yang salah atau blangsak dengan aktivitas seksual homoseksual.
Biseksual
Wikipedia mendefinisikan biseksualitas sebagai ketertarikan romantis terhadap laki-laki dan perempuan. Istilah ini biasanya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menyebutkan perasaan romantis ataupun seksual terhadap laki-laki dan perempuan. Berbeda dari heterofleksibel dan homofleksibel, biseksual memiliki ketertarikan yang konstan secara romantis dan seksual terhadap kedua gender. Kadang-kadang ketertarikan tersebut mengarah pada salah satu gender dibandingkan yang lainnya.
Perempuan tidak serta-merta terhindar dari reaksi negatif terhadap laki-laki biseksual dan heterofleksibel –hanya saja mereka tidak kasar mengenai hal itu.
Ketika saya berbicara di berbagai tempat di negara saya, para perempuan dalam audiens setuju bahwa apabila mereka tahu laki-laki yang sedang mereka kencani adalah seorang biseksual, mereka akan mengakhiri hubungan tersebut. Jadi, apabila Anda adalah laki-laki yang mengidentifikasikan diri sebagai biseksual, sebagian besar perempuan tidak ingin kencan dengan Anda! Saya mendengarkan keluhan seperti ini sepanjang waktu dari para klien laki-laki saya yang biseksual. Mereka berkata bahwa begitu mereka memberitahu tentang hal itu kepada perempuan yang mereka kencani, perempuan tersebut akan segera melabeli diri mereka sebagai gay dan merasa bahwa ia tidak dapat mempercayai laki-laki itu lagi. Juga terdapat prasangka bahwa orang-orang yang bisa “ke dua arah” adalah orang-orang yang lebih aktif secara seksual dan tidak dapat mempertahankan hubungan monogami – seperti yang dicerminkan dalam lelucon Woody Allen bahwa menjadi biseksual secara otomatis akan menggandakan kemungkinan untuk memiliki teman kencan malam Minggu.
Atau, para perempuan khawatir bahwa laki-laki seperti itu sebenarnya seorang gay. “Dia tidak akan jujur kepada saya,” banyak perempuan berkata demikian. “Kemungkinan besarnya dia akan menjadi gay dan akan meninggalkan saya.” Sementara itu, laki-laki tidak memiliki keprihatinan yang sama. Apabila mereka percaya bahwa seorang perempuan muda biseksual, hal itu akan membuat perempuan tersebut lebih berpengalaman, lebih seksi.
Mengapa? Karena perempuan menikmati kebolehan untuk menjadi cair secara seksual, sementara laki-laki tidak demikian. Sekarang, sekian tahun setelah hubungan seksual dan romantic antara Ann Heche dan Ellen DeGeneres, paparazzi tidak lagi mengejar-ngejar Ann Heche. Namun, selebritis laki-laki secara terus-menerus dikejar dan, seperti burung pemakan bangkai, orang-orang menunggu para selebritis itu hingga melakukan sesuatu yang “gay” sehingga mereka dapat membongkarnya!
Laki-laki biseksual dipandang cenderung lebih seksual pada kedua gender, merasa bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama seksi dan hot. Laki-laki heteroseksual yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki tertarik dengan aktivitas seksual itu sendiri, bukan dengan laki-lakinya.
Definisi-definisi ini memang bisa bikin orang jadi gila! Ketika seseorang dapat dimasukkan ke dalam kategori kalau bukan ini/itu, semua orang akan menghembuskan napas lega. OK, Anda bisa menjadi straight ataupun gay, tapi apabila Anda laki-laki sejati, Anda tidak dapat berada di antara keduanya.
Kita terlalu terpaku pada sistem label identitas seksual yang telah terlihat semakin usang seiring dengan berjalannya waktu. Remaja mulai menggunakan istilah seperti “genderqueer” dan “panseksual”. Mereka juga menciptakan serangkaian label lain karena label-label tersebut mendeskripsikan cara pandang mereka terhadap diri mereka sendiri secara lebih baik daripada istilah-istilah “lama”.
Seks dan seksualitas merupakan hal yang lebih rumit daripada ini, karena memang begitulah manusia. Label berfungsi sangat baik ketika Anda menulis sebuah buku, memberikan presentasi, atau menjelaskan kepada orang lain siapa Anda. Namun, kenyataannya label-label itu justru membatasi dan mengotak-ngotakkan manusia, menghambat mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan.
Saya kira, di masa depan, kompleksitas dan sifat cair dari identifikasi seksual kedua gender akan melampaui cara berpikir biner yang ada pada saat ini – namun, karena sistem politik yang ada saat ini, hal itu tidak akan terjadi secara tiba-tiba atau dalam satu malam.
Apapun reaksi yang muncul dari Anda tentang artikel ini, sekaranglah saat yang tepat untuk mendiskusikannya. Sudah waktunya kita mendengarkan satu sama lain dan ingin tahu mengenai pengalaman satu sama lain, melampaui proyeksi ataupun asumsi kita sendiri agar kita lebih mudah jatuh tertidur pada malam hari. Semua orang memiliki hak untuk mengidentifikasi diri sesuai dengan keinginannya tanpa adanya tekanan dari orang lain yang mendefinisikan mereka secara terburu-buru.
Kita harus terus-menerus berbincang. Kita dapat berbeda pendapat, membantah, dan bahkan kadang sedikit saling setuju. Namun, tidak membicarakan seksualitas hanya akan mengubur sebagian besar topik-topik pembicaraan tersebut, dan siapapun yang berada di dalam spektrum antara homoseksual dan heteroseksual hanya akan terus menderita.
Sumber : Huffington Post
Diterjemahkan oleh : Dimas Mahendra