Search
Close this search box.

[Liputan] Gadis Arivia: Riset Tentang LGBT Lebih Sulit Ketimbang Kelompok Minoritas Lainnya

Suarakita.org – Sebuah seminar umum berjudul “Pendidikan Publik Keragaman Gender & Seksualitas” sukses diselenggarakan kemarin, Sabtu (5/12), di Kemang Utara, Jakarta. Seminar umum yang rutin diselenggarakan Jurnal Perempuan kali ini membahas persoalan dan dinamika kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia.

Gadis Arivia, pendiri dan Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan mengatakan, bahwa riset-riset yang dilakukan terhadap kelompok LGBT selama ini lebih sulit dilakukan ketimbang melakukan riset terhadap perempuan yang tertindas dan kelompok-kelompok minoritas lainnya. Padahal menurutnya, kelompok LGBT adalah kelompok minoritas yang rawan terhadap kekerasan fisik, bullying di lingkungan sekolah dan rumah, sampai ketakutan akan kehilangan lapangan pekerjaan.

Di awal yang saya refleksikan. Kenapa kok mudah melakukan penelitian perempuan tapi sulit meneliti LGBT? Padahal mereka mengalami kekerasan baik fisik dan psikis, hingga PHK hanya karena persoalan orientasi seksualnya. Banyak orang berargumen mereka tidak perlu dilindungi karena mereka berbeda dengan kelompok-kelompok minoritas lainnya.” Papar Gadis, Sabtu (5/12).

Lanjut Gadis, hambatan-hambatan terhadap riset LGBT terjadi karena beberapa faktor yang pada umumnya merujuk pada isu agama, gaya hidup dan ketertutupan diri.

Hambatan riset biasanya karena kelompok ini sering dibenturkan oleh agama. Selalu dipinggirkan. LGBT dianggap tidak di bawah jalan tuhan (direstui agama). Yang kedua orang sering bertanya mengapa kita meneliti LGBT. Bukankah itu ‘gaya hidup’ pilihan mereka? Ketiga gaya hidup tadi sering diasosiasikan dengan kehidupan mewah (glamor). Yang keempat. Mereka tidak terlihat. Karena kaum LGBT sering menyembunyikan identitas mereka sehingga negara jadi abai,” imbuhnya. (VAS)