Suarakita.org- Manado Men Community (MMC) adalah sebuah Organisasi berbasis komunitas gay dan waria. Organisasi ini fokus dalam isu pergerakan peduli HIV-AIDS dan juga pergerakan HAM LGBT (Hak Asasi Manusia – Lesbian Gay Biseksual Transgender) di Sulawesi Utara.
Pada kali ini MMC menggelar kegiatan kampanye peduli HIV-AIDS bagi remaja sekolah. Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan secara komprehensif di kalangan remaja sekolah. Karena menurut data statistik KPA Kota Manado sampai saat ini laju pertumbuhan kasus HIV-AIDS ini salah satunya berada pada kelompok usia 15-19 tahun. Usia remaja yang sangat produktif.
Kegiatan yang akan dilaksanakan di 5 sekolah menengah atas di Kota Manado ini, diawali pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado. Sebuah sekolah Madrasah yang beralamat di Kelurahan Tuminting Kecamatan Bunaken Manado Utara. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Agustus 2015 di Aula Sekolah tersebut.
Bertindak sebagai moderator yaitu Jason Engelbert, Direktur MMC dan pembawa materi adalah Bapak Tomy Panaha, Pengelola Program LKKNU (Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdatul Ulama) Provinsi Sulawesi Utara.
Jason Engelbert, menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa remaja sekolah bisa meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan diri pribadi serta memperoleh informasi yang benar tentang cara-cara penularan, pencegahan dan penanggulangan epidemi HIV-AIDS ini dari sejak dini.
Kegiatan ini dihadiri oleh 50 siswa Man Model Manado. Mereka sangat antusias mengikuti pemaparan materi dan diskusi tentang HIV-AIDS. Bazliah Nur Adzani, peserta siswa putri sekolah ini mengatakan, “Banyak pengetahuan baru yang saya dapati dari Kegiatan ini. Karena saya baru mengetahui kalau Air Susu Ibu (ASI) dari Ibu yang positif HIV-AIDS, dapat menularkan kepada bayi yang menyusui”.
Dalam kegiatan ini pula, disajikan pemutaran film edukasi yang menceritakan seorang siswa “ODHA” (Orang Dengan HIV-AIDS) akibat menggunakan narkoba dengan jarum suntik. Dalam cerita film ini, Odhy si penderita yang setelah “open status Odha” mendapat dukungan moral dan spiritual dari pacar dan keluarganya sendiri. Karena itu dia segera melakukan konseling lanjutan dan segera mengkonsumsi ARV (Anti Retro Viral). Odha tidak perlu dikucilkan, distikma atau didiskriminasi. Seharusnya diberi dukungan untuk berperilaku hidup sehat dan memiliki motivasi untuk selalu punya semangat hidup yang tinggi demi masa depan yang lebih cerah dan indah.
“Kampanye Peduli HIV-AIDS ini sangat menarik dan sangat penting karena baru pertama kali dilaksanakan di lingkungan sekolah kami. Saya juga sangat terkejut ternyata dari jarum suntik sesama pengguna narkotika merupakan salah satu cara penularan yang sangat beresiko tinggi terhadap virus dan penyakit mematikan ini”, demikian kata Sigit Setiawan Djafar, salah satu peserta siswa putra. (Jezaya Liberty)