Search
Close this search box.

Kelompok LGBT Semarang Membangun Strategi Gerakan

Suarakita.org – Komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), yang tergabung dalam komunitas Sobat Semarang mengadakan diskusi fokus tentang hak asasi manusia, politik dan gerakan sosial khususnya LGBT, Minggu (23/8/2015). Diskusi diadakan disebuah café di kawasan kota Semarang dengan narasumber dari aktivis perempuan Semarang, Ninik, Oriel koordinator Sobat Semarang dan Hartoyo dari Suara Kita Jakarta. Tema yang diangkat “Membangun Komunitas LGBT Yang Kuat, Kritis dan Progresif”.

Sobat Semarang adalah sebuah komunitas LGBT yang fokus untuk perjuangan hak-hak kelompok LGBT khususnya di Jawa Tengah, khususnya kota Semarang.  Sobat Semarang sendiri berdiri sejak tahun 2009 dan sekarang mempunyai sebuah group facebook yang memfasilitasi diskusi-diskusi dan persoalan yang terjadi pada kelompok LGBT di Jawa Tengah khususnya.

Menurut Oriel, selaku koordinator Sobat Semarang tujuan dari diskusi ini untuk melihat kebutuhan dan persoalan yang dihadapi oleh teman-teman LGBT.

“ Diskusi ini untuk dapat memetakan kebutuhan kawan-kawan termasuk didalamnya masalah yang dihadapi, ungkap Oriel”.

Ditambakan oleh Oriel, bahwa target dari diskusi ini dilakukan untuk membuat design kedepan gerakan dan tantangan LGBT khususnya di Jawa Tengah. Karena pergerakan dan keinginan berorganisasi dari individu LGBT masih sangat awam untuk mau terlibat, jelas Oriel.

Para peserta diskusi berasal kelompok lesbian, transgender dan kelompok gay di kota Semarang dan beberap kabupaten disekitarnya.  Dari jumlah 30 orang peserta yang hadir, yang berasal dari kelompok lesbian dan waria masing-masing hanya 2 orang. Menurut Firdha, salah satu perwakilan kelompok lesbian yang hadir, sebenarnya sudah diajak sekitar 10 orang lesbian untuk hadir mas, tapi sepertinya mereka masih sungkan dan takut untuk hadir dalam diskusi kali ini, ungkap Firdha.

Firdha sendiri alasan untuk ikut dalam diskusi tersebut ingin kembali membangun kelompok LGBT di Semarang seperti yang masa lalu pernah ada.

“ Ini untuk membangun kembali semangat berorganisasi bagi kelompok LGBT di Semarang, jelas Firdha”.

Para peserta diskusi kelompok Sobat Semarang. (Foto: Hartoyo/SuaraKita)
Para peserta diskusi kelompok, Sobat Semarang. (Foto: Hartoyo/SuaraKita)

Menurut Firdha, sebelumnya pernah ada komunitas LGBT di Semarang khususnya kelompok lesbian tetapi kemudian bubar karena persoalan percintaan penggagas komunitas tersebut. Sekarang saya benar-benar terharu karena bisa dimulai kembali diskusi-diskusi bersama komunitas LGBT di Semarang, semoga ini dapat membangun organisasi, jelas Firdha.

Hal yang sejalan diungkap juga oleh Sebastian, salah seorang peserta dari kelompok gay yang mengatakan bahwa, awalnya tidak ingin ikut dalam diskusi  ini karena biasanya  hanya berkutat pada soal HIV dan AIDS saja, tetapi diskusi kali ini materinya sangat berbeda.

“Awalnya malas hadir dalam diskusi dengan kelompok LGBT, pasti akan bahas soal HIV dan AIDS tetapi saat membaca undangannya, ada materi soal politik, HAM dan gerakan sosial, maka jadi tertarik untuk hadir, ungkap mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat di Semarang tersebut”.

Selain itu saya mendapatkan kesan pertemuan ini menyatukan kembali kelompok LGBT, karena selama ini sesama kelompok LGBT masih memberi stigma, misalnya pada kelompok waria maupun laki-laki feminin, jelas Sebastian.

Diskusi diakhiri pada sore hari, semua peserta dan fasilitator menuliskan harapan diri pada gerakan LGBT khususnya di Jawa Tengah. (Hartoyo)