Search
Close this search box.

Diskusi Film “Iron Ladies Roar”

Suarakita.org- Setelah libur panjang merayakan Idul Fitri, Suara Kita kemengadakan nonton bersama dan acara halal bihalal, Sabtu 1 Agutsus 2015 di sekretariat Suara Kita. Selain untuk mempererat hubungan tali persaudaraan antar sahabat-sahabat Suara Kita dengan mengadakan halal bihalal , acara juga diisi dengan nonton bareng (Nobar-red) film bejudul Iron Ladies Roar. Film Thailand yang diputar di bioskop-bioskop pada tahun 2014 dan bergenre drama komedi ini cukup membuat suasana halal bihalal pada sore hari itu menjadi, meriah dan hangat.

25 orang peserta hadir di kegiatan nobar dan halal bihalal. Ruang tengah sekretariat Suara Kita ramai dengan tepuk tangan dan tawa yang tak henti- hentinya sampai film berakhir. Meskipun tidak mendatangkan seorang pembicara untuk menggali dan mendiskusikan film tersebut secara lebih dalam namun diskusi tetap berlangsung. Setelah pemutaran film usai dan acara dilanjutkan dengan acara halal bihalal sambil menyantap hidangan yang telah disediakan oleh panitia acara.

Sekilas mengenai film, Iron Ladies Roar adalah film dengan genre drama komedi. Film yang merupakan flashback dan remake dari film Iron Ladies tahun 2002 yang bercerita mengenai perjuangan sebuah tim bola voli yang sangat melegenda di Thailand. Film dibuka dengan menampilkan sebuah sosok bernama Mui yang berusaha mengumpulkan para pemain yang memilki pekerjaan dan latar belakang yang berbeda-beda. Tetapi yang jelas mereka semua memilki satu kesamaan yaitu Transgender. Ada banyak sekali tokoh dengan karakter unik dalam film ini. Ada seorang gangster yang juga sebagai transgender, pemain teater musical yang juga seorang transgender, dan lainnya. Dalam film ini kita seolah-olah dibawa untuk berpikir bahwasanya transgender ada pada setiap sisi di dalam kehidupan kita.

Bagaimana mengenai konflik dalam film ini, sudah jelas sekali bahwasanya tidak mudah bagi seorang transgender untuk masuk dalam kehidupan bermasyarakat. Diawal- awal membentuk tim bola voli mereka menerima cemooh dan sempat tidak boleh mengikuti pertandingan. Berkat kegigihan sang pelatih akhirnya mereka dapat menggunakan sarana dan prasarana untuk berlatih. Selain itu konflik- konflik personal setiap tokohnya juga cukup menarik, mulai konflik dengan pacar, keluarga, persahabatan dan masalah internal mereka, semua dikemas dengan begitu apik. Betapa untuk diterima dalam sebuah komunitas saja mereka harus berjuang mati-matian ditambah dengan mereka juga harus berusaha dan berlatih dengan sangat gigih untuk bertanding dan melawan tim lain dalam pertandingan bola voli yang mereka ikuti dan hal ini tentulah bukan usaha main- main. “Dalam film ini terleapas menggambarkan keberagaman identitas gender dan seksualitas, namun penting ketika kita punya keahlian, sebuah skill yang bagus dan kita asah terus , kita kan menjadi pemenang”, tegas Alvan Rodhi salah satu penggagas situs www.atmago.com yang hadir pada sore tersebut.

25 orang peserta hadir di kegiatan nobar dan halal bihalal. Ruang tengah sekretariat Suara Kita ramai dengan tepuk tangan dan tawa yang tak henti- hentinya sampai film berakhir. Meskipun tidak mendatangkan seorang pembicara untuk menggali dan mendiskusikan film tersebut secara lebih dalam namun diskusi tetap berlangsung. Setelah pemutaran film usai dan acara dilanjutkan dengan acara halal bihalal sambil menyantap hidangan yang telah disediakan oleh panitia acara.

Santosa Amien yang kebetulan hadir pada sore itu dan juga berprofesi sebagai seorang Dubber pada tokoh yang sangat digemari anak-anak yaitu SpongeBob dalam SpongeBob Squarepants dan Nobita dalam Dorameon berpendapat bahwa “tantangan dalam permasalahan LGBT itu harus dipecahkan, jangan memunculkan koflik diantara kita sendiri, semestinya antar kita sesama LGBT harus kompak, satu visi, dan apabila hendak memperjuangakan sesuatu yang bagus, bisa bekerjasama dan saling support untuk menguatkan kelompok”.

Menurut Nuke salah seorang sahabat Suara Kita yang sempat mecucurkan air mata ketika menonton berpendapat, menurutnya hal yang paling menarik dalam film ini adalah film tersebut cukup menggambarkan update issue mengenai LGBT saat ini. Bagaimana konflik yang dialami oleh teman- teman LGBT akan berakibat fatal apabila tidak ada support atau dukungan dari kelompok. Sehingga penting bagi teman- teman LGBT untuk membentuk sebuah grup yang berfungsi sebagai peer support yang tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk berdiskusi namun bisa sebuah organisasi olahraga seperti yang ada dalam film Iron Lady Roar tersebut. (Eddy)