Suarakita.org- Satu komunitas waria mengikuti pelatihan menulis yang diadakan oleh Suara Kita. Bersama Sanggar Waria Remaja (Swara), Suara Kita mengelola kegiatan ini. Peserta datang dari beberapa wilayah di Jakarta; tiga dari Jakarta Timur, dua dari Jakarta Utara, dua dari Jakarta Barat, tiga dari Jakarta Pusat. Suara Kita pun mengikutsertakan satu orang staf (gay) dan satu orang sahabat (priawan) Suara Kita untuk mengikuti pelatihan ini.
Pelatihan diadakan selama dua hari, 9 – 10 Mei 2015 di sekretariat Swara, Pisangan Lama, Jakarta. Selama enam jam peserta mengikuti pelatihan ini per harinya. Prodita Sabarini, seorang editor untuk media Australia The Conversation, menjadi fasilitator untuk pelathan ini.
Hari pertama peserta membedah tulisan tiga tulisan; Pulang Setelah 20 Tahun oleh Leila Chudori, Di Dalam Kungkungan Malam Gelap oleh Sebastian Partogi dan Hikayat Kebo oleh Linda Christanti. Di hari pertama pula, peserta mengerjakan tugas dari fasilitator. Ada dua tugas yang diberikan, yang pertama menulis aksi yang di dalamnya ada adegan jatuh dari tangga atau tertabrak mobil. Kemudian tugas kedua, mendeskripsikan kamar seseorang berdasarkan profesinya, peserta yang lain diinstruksikan menebak profesi orang yang dimaksud. Setelah itu, fasilitator memberikan pekerjaan rumah yakni peserta diminta untuk menuliskan obsesi dirinya semasa kecil.
Hari kedua peserta membedah tugas rumah mereka dan tulisan karya David Foster Wallace berjudul Consider The Lobster yang kemudian dialih-bahasakan oleh Djohan Chrysler (sahabat Suara Kita) menjadi Pikirkan Si Lobster. Di hari kedua ini, Fasilitator menantang peserta untuk menulis hal-hal yang kontroversial dalam waktu satu jam. Hasilnya, banyak isu kontroversial yang ditulis peserta.
Rebecca peserta asal Jakarta Timur menulis Homoseksual Dalam Padangan Agama. Ryan peserta dari Suara Kita menulis mengenai Kontroversi Aborsi. Cagee peserta asal Jakarta Barat menulis mengenai Kawin Kontrak. Esther peserta asal Jakarta Timur menulis mengenai Homoseksual dan Norma Agama. Citra menulis mengenai Pendidikan Gender Dalam Keluarga.
Hari kedua selesai pada pukul 15.00 WIB. Selanjutnya peserta dimintai masukan terkait pelatihan ini. Vina, program officer Swara memberikan masukan untuk hari pelaksanaan lebih baik jangan di hari Sabtu-Minggu, “Karena Sabtu Minggu kan hari rayanya waria, waria banyak yang cari uang di hari itu”. Setelah itu rencananya tiap tiga bulan sekali diadakan pertemuan untuk meng-up grade skill menulis peserta sebagai bentuk tindak lanjut. (Teguh Iman)