Search
Close this search box.

Kuliah Umum : Tiap Pengkategorian Pasti Ada Yang Di-liyan-kan

Suarakita.org- Sabtu, 2 Mei 2015, Suara Kita melanjutkan sesi ketiga kuliah umum bertemakan politik identitas. Bertempat di sekretariat Suara Kita, Kuliah Umum kali ini mengundang Dr. Phil Dewi Candraningrum, Dosen Universitas Muhamadiyah Solo sebagai narasumber. Ada sekitar 15 peserta menghadiri kuliah umum ini.

Di kuliah umum ini Dewi Candraningrum memaparkan makalahnya berjudul Pemberontakan Linguistik Kristeva: Gender Ketiga Dalam Politik Sistematisasi. Dewi mengawali penjabarannya dengan mengenalkan sosok Julia Kristeva, seorang filosof asal Bulgaria yang kini menjadi profesor di Universitas Paris Diderot, Perancis.

In the Beggining Was Love adalah buku karya Julia Kristeva yang menjadi perbincangan utama dalam kuliah umum di Suara Kita antara Narasumber dan peserta. Dewi menjelaskan, biasanya awal dari kitab agama-agama semit adalah words (kebijakan). Words senantiasa berisi aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, larangan-larangan. “Kristeva sangat berani”, kata Dewi menilai Kristeva yang mendobrak tradisi agama Semit. Dewi pun menilai gerakan-gerakan yang selama ini diliyankan atau dipinggirkan adalah gerakan-gerakan yang mengusung semangat cinta.

Dalam konteks lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) hal pertama kali yang diliyankan adalah hasrat. Selama ini hasrat dinilai sebagai sesuatu yang tidak baik. Dewi pun menampilkan makna hasrat yang datang dari filosof-filosof, salah satunya Aristoteles yang memaknai hasrat sebagai wujud nafsu kebinatangan. “Padahal bila kita membaca tulisan yang seseorang yang penuh hasrat pasti lebih menarik”, ungkap Dewi.

Peliyanan kelompok LGBT bagi Dewi merupakan dampak dari pemikiran moderen yang gemar mengotak-kotakan manusia. Ada narasi agung bahwasannya manusia yang baik itu adalah yang heteroseksual. Meskipun begitu Dewi pun mengungkapkan bahwa pengkotakan manusia pasti akan meliyankan manusia lain yang tidak ‘sesuai’ dengan ‘standar’ kotak tersebut. Termasuk pengotakan LGBT, pasti ada orang yang terliyankan atas terminologi LGBT tersebut. Misal, bagaimana bila ada perempuan yang suka dengan perempuan tetapi tidak mau disebut sebagai lesbian? “Terkadang orang hanya ingin disebut dengan namanya saja”, ungkap Dewi. (Teguh Iman)

 

Makalah lengkap bisa diunduh di bawah ini.

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2015/05/Dewi-Candraningrum-Pemberontakan-Linguistik-Kristeva-Gender-Ketiga-SUARA-KITA-2-Mei-2015.pdf”]