Suarakita.org- Komisi Anak Tasmania akan mengembangkan aplikasi ponsel pintar khusus bagi anak korban kekerasan dan pelecehan seksual yang berada dalam perawatan negara, sehingga mereka bisa melaporkan pelecehan yang mereka alami secara rahasia.
Aplikasi ini akan memungkinkan anak korban pelecehan dan kekerasan melaporkan ke pekerja sosial pendamping mereka, berbagi perasaan dan yang terpenting mengadukan kekerasan atau pelecehan yang mereka alami.
Kepala Komisi Anak Tasmania, Mark Morrissey mengatakan jika anak-anak tersebut bisa berkomunikasi dengan cara yang membuat mereka nyaman maka hal itu akan membuat perbedaan yang signifikan.
“Saya kira kita bisa melakukan apa saja yang dapat memperbaiki pengaduan anak-anak tersebut terutama yang terpenting bagi mereka yang berada dalam perlindungan negara itu,”katanya.
“Anak-anak tidak mudah berbagi cerita pada semua orang, tapi satu hal yang kita tahu adalah mereka sangat senang berbagi sesuatu di internet,” tambahnya.
Morrisey mengatakan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir sejumlah aplikasi serupa telah digunakan di Inggris dan hasilnya sangat bagus.
“Anak-anak muda bisa secara langsung menggunakan ponsel mereka atau komputer, mengungkapkan pandangan mereka, menyampaikan permintaan bantuan dan juga mengunggah informasi yang kemudian bisa menjadi catatan permanen mereka,” katanya.
Laporan Komisi Kerajaan terhadap pelayanan dari institusi tersebut mengenai kasus pelecehan seksual anak menunjukan korban pelecehan anak bisa merahasiakan pelecehan yang dialaminya selama bertahun-tahun bahkan selama berpuluh-puluh tahun.
Komisi Anak juga menemukan rata-rata butuh waktu 22 tahun bagi para korban sebelum akhirnya mengungkapkan pelecehan seksual yang dialaminya.
Petugas dari Layanan Dukungan Pelecehan Seksual, Liz Little mengatakan anak-anak yang memiliki sejarah mengalami pelecehan seksual sering kali tidak mempercayai orang dewasa dan sebagai akibatnya mereka menderita dalam diamnya.
“Setiap anak yang kami dampingi berbeda, ada yang percaya pada petugas perlindungan anak dan pendamping mereka tapi ada yang tidak,” katanya.
Memecahkan kebisuan merupakan fokus dari pengacara anak di organisasi perlindungan anak di New South Wales, seperti dilakukan manager organisasi Children’s Guardian, Lisa Purves.
“Mendorong anak-anak untuk bisa bebas bercerita merupakan cara yang dapat membuat mereka terlindungi,” jelasnya.
“Berkomunikasi dengan mereka melalui saluran yang dirancang dan disediakan khusus bagi mereka merupakan kunci membuat mereka mau berbicara,” tambahnya.
Morrissey sepakat dengan pendapat ini, menurutnya aplikasi yang diusulkannya akan bisa menjadi kendaraan yang dapat memberitahukan informasi dan peringatan penting mengenai kondisi anak-anak yang perlu mendapat perlindungan.
“Aplikasi ini dapat menarik perhatian komunitas dan lembaga terhadap hal-hal yang tidak akan mereka ungkapkan ketika berbicara langsung,” katanya.
Namun Liz Little memperingatkan konsekwensi dari aplikasi ini juga berarti akan semakin banyak SDM yang diperlukan untuk memastikan anak-anak itu mendapat respon secara benar.
“Mereka perlu seseorang yang memiliki kewenangan untuk menyelidiki laporan yang dibuat oleh anak-anak tersebut, sementara saat ini komisioner anak-anak tidak memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi,” katanya.
Karenanya mereka berharap pemerintah negara bagian mempercepat perubahan legislasi mengenai kewenangan ini.
Sementara itu Komisi Anak Tasmania masih mencari pendanaan untuk aplikasi ini.
Sumber: radioaustralia.net.au