Search
Close this search box.

1008102Paus-ke-AS780x390Suarakita.org- Paus Fransiskus dilaporkan telah menolak pencalonan seorang pembantu dekat Presiden Francois Hollande sebagai duta besar Perancis yang baru untuk Vatikan karena calonnya seorang gay.

Penolakan itu jelas menimbulkan pertanyaan terkait reputasi Paus sebagai sosok yang berpandangan lebih liberal tentang homoseksualitas.

Laurent Stefanini (54 tahun), seorang Katolik dan diplomat senior serta kepala protokol Hollande, dinominasikan pada awal Januari lalu. Namun Vatikan sejak saat itu tidak memberikan tanggapan apakah menyetujui surat kepercayaan atas nama Stefanini, kata sejumlah pejabat di Paris.

Jangka waktu normal penerimaan pencalonan adalah satu setengah bulan. Setelah itu, sebuah keadaan tanpa kabar yang berkepanjangan biasanya ditafsirkan sebagai penolakan.

Istana Elysee mengatakan, pilihan Stefanini untuk mewakili Perancis di Vatikan merupakan “keinginan presiden dan keputusan kabinet” dan bahwa Presiden Hollande menganggap dia sebagai “salah satu diplomat terbaik kami.”

Media Perancis secara luas melaporkan bahwa Stefanini telah ditolak karena homoseksualitasnya. Harian Le Journal du Dimanche mengutip orang dalam di Vatikan yang mengatakan bahwa penolakan itu “merupakan keputusan yang diambil Paus sendiri”. Harian Liberation, yang berhaluan kiri, mengatakan, “homofobia Vatikan secara serius menodai citra Paus Fransiskus sebagai orang yang berpikiran lebih terbuka dari pendahulunya tentang seksualitas.”

Tahun 2007 Perancis mencalonkan seorang duta besar gay untuk Vatikan. Calon itu memiliki pasangan yang diakui berdasarkan hukum Perancis tetapi Tahta Suci tidak pernah menanggapi pencalonan tersebut, meskipun ada upaya panjang untuk mengamankan dia di posisi itu.

Stefanini dilaporkan dihormati secara luas oleh banyak orang di Gereja Katolik, menyusul tugas sebelumnya sebagai orang nomor dua di kedutaan Perancis di Vatikan dari tahun 2001 sampai 2005.

Kardinal Andre Vingt-Trois dari Paris dikabarkan telah secara pribadi menjadi perantara dengan Paus untuk mendukung pencalonannya. Harian La Croix mengatakan, Kardinal Jean-Louis Tauran, mantan menteri luar negeri Vatikan yang saat ini menjadi ketua Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, juga mendukung penunjukan itu.

Paus Fransiskus hingga saat ini mengadopsi sebuah garis yang jauh lebih lembut terhadap homoseksualitas dibandingkan pendahulunya Benediktus XVI. “Jika seseorang gay dan mencari Tuhan dan punya kemauan baik, lalu siapakah saya sehingga harus menghakimi?” kata Paus dua tahun yang lalu. Ia menambahkan, kaum gay tidak harus dipinggirkan tetapi diintegrasikan ke dalam masyarakat.

Namun, hal itu tidak menghentikan dia untuk mengecam pemerintahan Sosialis Perancis saat negara itu meloloskan sebuah undang-undang tahun 2013 yang melegalisasi perkawinan gay dan hak adopsi bagi pasangan gay. Undang-undang itu memicu protes besar dari kalangan orang Katolik Perancis.

Dalam sebuah buku tahun ini, Paus juga membandingkan transeksual dengan “senjata nuklir”. Ia mengatakan keduanya “tidak mengakui aturan penciptaan”.

Beberapa kalangan di Vatikan dikabarkan telah melihat nominasi terbaru dari pemerintah Perancis itu sebagai “provokasi”.

Sejumlah pengamat mengatakan, Paus tidak bisa terlihat telah mengadopsi pendekatan yang terlalu gay-friendly yang akan mengejutkan unsur-unsur yang lebih konservatif di dalam Gereja Katolik.

Sumber: Kompas.com