Suarakita.org- Film tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) tak banyak digarap para sineas Indonesia sekarang ini, menurut Nia Dinata.
Kehidupan para Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dinilai Nia Dinata punya daya tarik tinggi untuk dibuat cerita dalam sebuah film. Malah menurut Nia, kehidupan orang-orang heteroseksual di sekitar para LGBT pun menarik untuk dikulik dan difilmkan. Nia Dinata mengungkapkan hal tersebut dalam acara Nonton Yuk! di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta pada Sabtu, 28 Februari lalu.
“Misal tentang apakah kita comfortable atau nggak dengan mereka (para LGBT). Bagaimana kita kalau salah tingkah sama mereka? Bagaimana kita benar-benar justru ketergantungan dengan mereka, seperti saya yang sudah ketergantungan dengan teman-teman LGBT. Mungkin karena dulunya saya LGBT kali ya, waktu di kehidupan sebelumnya,” ujar Nia Dinata, sambil tertawa.
Akan tetapi, sutradara dua jilid film Arisan! dan Berbagi Suami ini merasa sedih karena tak banyak sineas Indonesia yang tertarik untuk membuat cerita dan film tentang kehidupan LGBT. “Padahal banyak banget yang bisa diceritain dan kehidupannya (para LGBT) menarik banget,” ujar perempuan yang akrab dipanggil Teh Nia ini.
Tak heran jika Nia konsisten mengangkat kisah-kisah soal LGBT dalam film-filmnya selama ini, entah yang disutradarai atau diproduserinya. Sebut saja dua jilid film Arisan!, Berbagi Suami, Quickie Express, hingga dua film dokumenter seperti Pertaruhan dan Working Girls. Selain itu, Nia juga aktif memasukkan isu soal perempuan dalam film-filmnya. “Memang banyak banget cerita yang ingin aku sampaikan soal perempuan,” lanjut sineas yang juga penulis skenario ini.
Persoalan LGBT dan perempuan terakhir diramu Nia Dinata dalam film pendek Kebaya Pengantin, yang diputar dalam acara Nonton Yuk! pada Sabtu lalu. Film pendek yang dibintangi Atiqah Hasiholan dan Lukman Sardi itu sebenarnya sudah dirilis sejak tahun lalu sebagai bagian dari omnibus Unspoken Truth, di mana di dalamnya juga memuat lima film pendek lain karya sutradara perempuan asal Asia Tenggara.
Pembuatan omnibus itu disponsori oleh organisasi non-profit WOMEN: girls. “Aku terpilih untuk masuk omnibus itu, dan sudah harus masukin (filmnya) enam bulan kemudian. Karena aku orangnya nggak bisa dikasih deadline gitu, jadi akhirnya aku ambil dari skrip lamaku saja yang memang film panjang. Aku ambil cerita awal-awalnya untuk dijadikan film pendek. Jadi ceritanya hanya sebagian kecil dari cerita film panjang,” cerita Nia.
Skenario film panjang yang menjadi sumber cerita Kebaya Pengantin itu sendiri belum rampung. Nia pun belum tahu kapan skenario itu akan diproduksi jadi film feature panjang. “Mudah-mudahan saja aku mood-nya pas, jadi bisa selesai final draft skenarionya. Sudah beberapa kali sih skenarionya direvisi, tapi ya mudah-mudahan bisa jadi film panjangnya,” ujarnya.
Sumber: muvila.com