Search
Close this search box.
CINTA LINGKUNGAN: Subari Sofyan (tengah) berpose dengan busana rancangannya. foto : SUBARI SOFYAN FOR INDOPOS.
CINTA LINGKUNGAN: Subari Sofyan (tengah) berpose dengan busana rancangannya. foto : SUBARI SOFYAN FOR INDOPOS.

Suarakita.org- Rusaknya ekosistem bawah laut dan lingkungan pantai yang sudah di ambang normal membuat risau Subari Sofyan, 54. Karena itu, dia berkampanye melalui rancangan busananya menyelamatkan laut Indonesia dari kerusakan yang lebih parah. Seperti apa?

Kerusakan ekosistem di bawah laut dan lingkungan pantai di Indonesia, kian hari semakin memprihatinkan. Terbukti sejumlah spesies laut asli Tanah Air mengalami kelangkaan bahkan kepunahan. Tidak itu saja sejumlah terumbu karang di laut Indonesia bagian timur kini juga mulai punah.

Dari serangkaian kasus kerusakan ekosistem yang terjadi, kerusakan dipicu oleh ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Berangkat dari sana, Subarisapaan Subari Sofyan berusaha mengubah pola pikir manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan khususnya ekosistem bawah laut dan lingkungan pantai.

Berbekal keahliannya di bidang fashion, transgender kelahiran Banyuwangi 22 Mei 1959 itu bertekad menyelamatkan ekosistem bawah laut negaranya dari kerusakan yang semakin parah. Dia pun melakukan aksi nyata memungut jala ikan yang sudah tertanam di karang laut dan beberapa sampah tidak terurai yang ditemukan di pantai seperti plastik tempat ikan dan karung ikan. Dengan keahliannya merancang busana, Subari lantas mengubah sampah yang tidak memiliki nilai itu menjadi busana yang cukup memukau.

Usai dibersihkan, sampah- sampah yang dia pungut dari laut itu dirangkai menjadi busana bergaya Eropa atau RomawiSubari yang tinggal di bilangan Jakarta Selatan itu menamakan rancangan busana tak biasa itu dengan nama ’Eksotika Laut. Dari rancangan busana berbahan recycle tersebut, Subari ingin menyampaikan kondisi ekosistem bawah laut di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

Faktor utamanya dikarenakan oleh ulah manusia yang memperlakukan alam tidak secara bijak. ”Dari rancanagan busana itu, saya juga ingin menggabarkan banyak ikan yang mulai langka dan terumbu karang yang punah karena ulah manusia, salah satunya dengan membuang barang-barang bekas ke laut yang tidak mudah terurai,” ungkapnya kepada indopos.co.id, Selasa (21/4) lalu.

Putera ketiga dari lima bersaudara pasangan (Alm) Suhaemi- (Alm) Rahmawati itu juga mengungkapkan, rancangan busana itu dia peragakan pada pameran busana tingkat nasional di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) belum lama ini. Rancangan busanan tak biasa itu dia selesaikan dalam waktu satu bulan.

Untuk dirangkai jadi busana, ujar dia lagi, sampah daur ulang sebelumnya dibersihkan dengan zat pemutih. Namun karena sudah lama terendam air laut, kain jala yang sudah rusak tidak dapat dibersihkan secara maksimal. Proses berikutnya, kain jala itu lalu dirangkai menjadi sepasang busana untuk perempuan dan laki-laki. Menurut dia, setiap busana memerlukan bahan jala sepanjang 15 meter belum termasuk pernak-perniknya.

Hasilnya, rancangan busana yang diperagakan oleh peragawan dan perawati tersebut berhasil menyabet juara umum. ”Tiap bagian busana dari atas hingga bawah memiliki dan melambangkan makna tertentu,” ungkap transgender yang pernah mengenyam pendidikan di STMN 1 Banyuwangi jurusan listrik dan lulus tahun 1985 tersebut. Masih menurut Subari lagi, pada busana perempuan bagian atas melambangkan kondisi teluk dan pantai yang asri dan hijau.

Itu diidentikkan dengan banyaknya kombinasi warna biru, putih, kuning, orange dan pink. Sementara di bagian dada, kata dia juga, nampak karang-karang laut yang menempel. Itu melambangkan keperkasaan lingkungan yang tidak tercemari oleh limbah produksi manusia. Sehingga, menurut dia lagi, terumbu karang dan ikan dapat hidup berdampingan dan manusia dapat memetik hasilnya secara melimpah.

Sedangkan, pada busana laki-laki terdapat selempang dari jala ikan yang melambangkan kain sarung yang biasa di pakai nelayan untuk melindungi nelayan dari hawa dingin angin laut ketika melaut. Sementara bagian bawah busana untuk perempuan, kata Subari juga, memiliki gaya dan motif Eropa. Tujuannya, untuk menunjukkan barang-barang sederhana yang dapat ditemukan di sekeliling kita dapat diubah menjadi produk yang memiliki nilai estetika.

”Kalau lingkungan kita sudah menerima, berarti tinggal kita perkenalkan ke dunia internasional. Bahwa dari limbah saja bisa menjadi busana yang mendunia,” ucapnya juga. Menurut transgender yang akan mewakili Indonesia dalam pertemuan transgender dunia di lima negara yakni India, Kamboja, Thailand, Kongo dan Jepang itu, hendaknya para perancang busana lainnya bisa memanfaatkan bahan recycle mmbuat fashion. Tujuannya mengubah pola pikir manusia agar mencintai dan melestarikan lingkungannya.

”Kalau manusia dapat menanamkan cinta lingkungan dan terus giat melakukan penghijauan, maka kerusakan alam khususnya ekosistem bawah laut dapat dicegah. Kalau tidak maka kerusakan akan semakin luas, seperti ikan yang terperangkap di dalam jala,” ungkap juga Subari yang pernah mengenyam pendidikan di ST Pancasila Banyuwangi itu. Pria yang pernah tiga kali rancangan busananya dinobatkan menjadi busana pengantin nasional, deengan tema Mupus Brain Blambangan (1990), Sembur Kemuning (1970-1980) dan Kedaton Wetan itu juga mengatakan tujuan pembuatan busana recycle itu mengaku ingin membuktikan kepada dunia bahwa transgender asal Indonesia memiliki kemampuan.

Tidak hanya busana, beberapa prestasi juga berhasil berhasil diraih Subari dari beberapa pentas budaya di beberapa negara seperti: negara Korea Utara(Korut) tahun 1984, Paris dan Perancis yang diikutinya sebanyak dua kali.Pada akhir perbincangannya dengan indopos.co.id, Subari berharap generasi muda dapat melestarikan dan menjaga lingkungan. ”Tidak ada kata terlambat, untuk memberikan sosialisasi dan mengingatkan terus kepada sesamanya sekalipun melalui satu aksi budaya saja. Pendekatan melalui kearifan lokal akan memberikan kesan tersendiri,” pungkasnya. (*)

Sumber: indopos.co.id