Suarakita.org- Ruangan tengah kantor Lembaga Swadaya Masyarakat Kebaya Yogyakarta, hari itu, 14 April 2015, terasa lebih hidup. Ruangan itu disesaki oleh 30an waria yang duduk bersama di atas hamparan tikar. Celotehan dan gelak tawa antar waria yang mengalahkan suara televisi yang menampilkan sebuah tayangan.
Beberapa diantaranya beranjak ke sebuah ruangan ketika ada panggilan atas namanya. Di ruangan itu, satu demi satu mendaftar dan memberikan darahnya untuk di periksa. Tetes demi tetes darah memenuhi disposible syring. Beberapa diantara mereka harus membuang muka dan mengernyitkan dahinya, karena tak tahan menatap merah darah.
VCT singkatan dari Voluntary Counselling and Testing,yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya konseling dan tes sukarela, kegiatan ini merupakan buah kerjasama antara LSM Kebaya bekerjasama dengan Puskesmas Gedong Tengen. “Hari ini cukup banyak yang datang dan bersedia diperiksa, tidak seperti biasanya,” ungkap Mami Vinolia. Hari itu 35 waria kota Yogyakarta bersama-sama melakukan test HIV/AIDS. Hal ini menunjukkan tingkat kesadaran mereka meningkat. Sebagai salah satu komunitas yang mempunyai orientasi seksual beresiko, maka mereka harus disiplin untuk menggunakan pangaman dan memeriksakan darahnya.
Tidak berapa lama, mereka mendapatkan selembar kertas yang menunjukkan hasil pemeriksaan darahnya. Kini ruangan itu berangsur senyap. Satu demi satu meninggalkan rumah itu, meninggalkan ruangan itu. Dan akan kembali ke tempat yang sama 3 bulan kemudian. (Foto dan teks : Nico)
*Nico Freelance photographer dan travel writer yang pernah mendapat award dari Unesco Bangkok tentang Promoting Gender Equality in Education tahun 2008 dan 2010. Berkontribusi dalam buku Traditional Visual Motifs & Patterns: Auspicious Symbols of Asia, APCEIU Unesco Korea. Kini banyak belajar dengan komunitas Pesantren Waria di Yogyakarta.