Suarakita.org- Kongres Wanita Indonesia (Kowani) mengumpulkan 100 cap telapak tangan kanan para pejuang dan pahlawan perempuan atau diwakili penerusnya (keluarga). Untuk tahap pertama, cap telapak tangan yang sudah terkumpul ini akan menjadi prasasti di Museum Gedung Joang’45 Jakarta.
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo, mengatakan, pengumpulan cap telapak tangan kanan telah memasuki tahap ketiga. Dua tahap sebelumnya dilakukan di Gedung Joang’45. Kowani menargetkan pengumpulan 1.000 cap telapak tangan sekaligus diresmikan pada Mei 2015 nanti.
“Untuk tahap pertama, 100 prasasti sudah disiapkan untuk cap telapak tangan yang terkumpul,” kata Giwo di sela-sela aksi cap telapak tangan tahap ketiga di Kantor Kementerian Sosial (Kemsos), Jakarta, Kamis (2/4).
Tokoh perempuan yang akan membubuhkan cap telapak tangan terdiri dari 12 pahlawan nasional, menteri perempuan, isteri presiden dan wakil presiden atau penerusnya. Dari sekian banyak cap, tokoh perempuan yang sudah membubuhkan adalah Meutia Hatta dan mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar serta Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Sementara itu, keturunan dari Tien Soeharto, Fatmawati, dan RA Kartini belum ikut berpartisipasi. Menurut Giwo, pihaknya sudah mengirimkan surat kepada keluarga dari para pejuang atau pahlawan, isteri presiden, dan wakil presiden serta para mantan menteri. Pengumpulan cap telapak tangan pejuang perempuan akan diteruskan ke beberapa daerah, misalnya Yogyakarta.
Menurut Giwo, aksi cap telapak tangan bukan sekadar seremonial tetapi bagian dari revitalisasi perjuangan kaum perempuan. Selain juga merupakan bagian dari upaya membangkitkan nilai patriotisme dan nasionalisme pada generasi muda di tengah gempuran globalisasi.
“Aksi ini bertujuan mengingatkan generasi muda pada perjuangan para pahlawan, khususnya pejuang sejak awal pergerakan perempuan di tahun 1928. Meski telah gugur, perjuangan para pahlawan harus selalu kita kenang,” kata Giwo.
Lebih dari itu, kata Giwo, perjuangan pejuang perempuan ini juga harus dilanjutkan oleh generasi penerus dengan mengisi kemerdekaan. Di antaranya dengan meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan partisipasi perempuan dalam politik. Partisipasi perempuan khususnya di level eksekutif, yaitu eselon 1 dan 2, menurut Giwo, masih kurang. (Dina Manafe/NAD)
Sumber: beritasatu.com