Search
Close this search box.
Diskusi publik dalam rangka memperingati IDAHOT 2014, kerjasama Suara Kita dan Pelangi Mahardhika. Foto, Dok/SuaraKita
Diskusi publik dalam rangka memperingati IDAHOT 2014, kerjasama Suara Kita dan Pelangi Mahardhika. Foto, Dok/SuaraKita

Suarakita.org- Bukan hanya buruh perempuan yang kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif, buruh dari kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) juga sering mengalaminya. Mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan di sektor formal.

Pernyataan itu dilontarkan oleh aktivis organisasi nonprofit Pelangi Mahardhika, Adon. Organisasi ini beranggotakan buruh-buruh dari kelompok LGBT. “Buruh pabrik LGBT kerap mendapatkan ancaman dan tindasan hanya karena orientasi seksual mereka,” kata Adon kepada CNN Indonesia di Jakarta, Senin (9/3).

Adon mengatakan kaum trasngender merupakan kelompok yang paling rentan mengalami perlakuan diskriminatif. Bukan hanya sikap diskriminatif secara verbal, tetapi juga upah. “Transgender yang merupakan perempuan secara sosial, atau waria, kerap mendapatkan upah lebih kecil dibandingkan pria dengan alasan dia adalah perempuan,” kata perempuan yang bekerja sebagai buruh di pabrik garmen ini.

Bahkan, kata Adon, pimpinan kerap mengajak buruh LGBT berhubungan seksual. “Supaya kamu suka sama laki-laki, ayo coba kita check in, begitu ucapan mereka,” kata Adon.

Ia berharap pemerintah dapat mengakui keberadaan kaum LGBT dan menyediakan tempat kerja yang aman dan tidak diskriminatif. Kaum LGBT bukan hanya ada di negeri ini, tetapi juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama dengan warga negara lainnya.

“Kenyataannya, kaum LGBT ada di negeri ini. Kami ada karena ada keragaman. Dan kami punya hak yang sama seperti warga negara lainnya,” ucap Adon. (sur)

Sumber: CNN Indonesia