Search
Close this search box.
(Sumber: http://juvenilejusticeblog.web.unc.edu/files/2012/11/queeryouthimage.jpg)
(Sumber: http://juvenilejusticeblog.web.unc.edu/files/2012/11/queeryouthimage.jpg)

Suarakita.org- Sebuah kajian melaporkan, individu LGBT dewasa lebih bisa menghargai diri sendiri dan sedikit depresi jika mereka terbuka dan menerima orientasi seksual atau identitas gender mereka di usia muda.

Tim peneliti menyatakan jika kamu menyembunyikan identitasmu pada dunia, itu menyebabkan depresi dan aksi kekerasan.

Stephen Russel, ketua tim peneliti, mengatakan bahwa anak-anak membutuhkan suasana lingkungan yang suportif sehingga mereka bisa menemukan siapa sejatinya mereka untuk meraih cita-citanya tertinggi.

Setelah sebuah sekolah menengah di Florida, Amerika Serikat (AS), berusaha menghalangi sekelompok siswa membentuk kelompok aliansi gay-straight, Russel bertanya apakah para murid akan lebih baik di masa depan bila mereka terbukan akan diri mereka sendiri.

Russel mengungkapkan bahwa tidak ada jaminan di masa depan bila siswa LGBTI tertutup di masa muda hidupnya akan lebih baik,“There was no real data to suggest otherwise”.

245 LGBT muda di Kalifornia, AS, berusia 21 sampai 25 tahun, yang menyatakan mereka came out (terbuka akan seksualitasnya) saat di sekolah menengah pertama (SMP) dan menengah atas (SMA) berpartisipasi dalam survai ini. Tujuan Survai ini adalah untuk mengukur tingkat depresi dan kepuasan hidup.

Para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengalami aksi homofobia, bifobia dan transfobia lebih menderita di masa kedewasaan namun aksi tersebut tidak melihat apakah siswa itu menyembunyikan identitas seksualnya atau tidak.

Russel berkesimpulan bahwa mengatakan orientasi seksual kepada orang lain bisa membawa pada aksi kekerasan dan menyarankan untuk menyembunyikan orientasi seksual juga masuk sebagai bentuk kekerasan.”I think one of the sobering things we learned is that saying you’re out to others is linked to victimization and saying you need to hide was linked to victimization”.

Meskipun mengalami penyiksaan, responden yang mengatakan mereka came out di sekolah lebih cepat pulih dibandingkan mereka yang tidak.

Para peneliti mengatakan sementara hasil ini tentu saja tidak bisa disama-ratakan untuk semua LGBTI muda, mereka menemukan sekolah-sekolah dengan staf terlatih, kepolisian untuk melindungi siswa dan aliansi gay-straight, semuanya untuk menghilangkan trauma mental pada anak-anak LGBTI

I think what’s promising about this study is even though coming out comes with risks, being out is going to come with benefits in the long run,” Saya pikir yang menjanjikan dari kajian ini adalah meskipun menyatakan orientasi seksual mempunyai risiko, menjadi terbuka akan membawa manfaat jangka panjang, kata Russel. (Teguh Iman)

 

Sumber : Gay Star News