Search
Close this search box.

Jumlah Terbitan Buku di Indonesia Rendah

Suarakita.org- Jumlah terbitan buku di Indonesia tergolong rendah, tidak sampai 18.000 judul per tahun.

Rendahnya indeks terbitan buku di Indonesia tersebut disampaikan oleh Pustakawan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia, Suharyanto ketika merilis buku terbarunya berjudul “Glosarium Istilah Perpustakaan” diacara Jakarta Library dan Archive Expo 2014, Sabtu 13/12/2014

“Jumlah ini lebih rendah dibandingkan Jepang yang mencapai 40.000 judul per tahun, India 60.000 judul buku per tahun dan China 140.000 judul buku per tahun, indeks jumlah terbitan ini merujuk pada data Kompas yang diterbitkan tahun 2012”. Ungkap Suharyanto.

“Disepanjang Januari – November 2014 Perpustakaan Nasional hanya mengeluarkan ISBN sebanyak 1725 Judul buku, mungkin saja sebenarnya ada lebih dari jumlah yang disebutkan”. Tambah Suharyanto dalam peluncuran bukunya di Jakarta Library dan Archive Expo 2014.

Perpustakaan Nasional sendiri sudah memberikan fasilitas bagi siapapun untuk bisa mendapatkan ISBN (International Standard Book Number/ Angka Standar Buku Internasional) secara gratis, dan bahkan sudah bisa dilakukan secara online di isbn.pnri.go.id, Namun bagi sebagian penulis ISBN belum dijadikan sebagai catatan penting dalam menerbitkan: buku, jurnal, majalah dan lain-lain yang berhubungan dengan penulisan. Padahal ISBN bukanlah sekedar urutan sandi, tapi ia merupakan arsip penting.

Ketika ditanya nasib buku dimasa yang akan datang terkait dengan maraknya teknologi E-book/ buku elektronik. Suharyanto tetap optimis buku dalam bentuk fisik/cetak tidak akan tergantikan.

“Teknologi selalu datang dengan pembaruan-pembaruan yang tidak semuanya compatible dengan kekinian teknologi, ambil contoh dulu kita mengenal disket dan sekarang kita akrab dengan flash disk/USB, semua data yang ada didisket tidak terbaca didalam USB, tapi coba bandingankan dengan tulisan yang ditulis diatas daun lontar ratusan tahun lalu kini masih bisa dibaca dan dilihat karena menggunakan kearifan alam, bukan teknologi”. Ungkap Suharyanto diakhir diskusi. (YP)